al azmi media

Senin, 25 Maret 2013

upgreading leadership

Prinsip kepemimpinan telah dicontohkan  pemimpin-pemimpin  kita dimasa lalu mulai  rasul,  nabi dan para pemimpin suci. Dalam mengemban kepemimpinannya dapat lepas dari godaan,  sehingga tujuan kepemimpinan dapat dicapai tingkat kesempurnaan,  manakala kita insaf, sadar  dan mau mengerti yang salah kita benarkan, yang jelek kita perbaiki, yang kurang kita tambah, yang berdosa mari kita mohon ampun.

 
UPGREADING LEADERSHIP


oleh : Drs Ahmadi Yasin, MSy
             Kepemimpinan kita kenal sejak adanya manusia pertama yang diciptakan oleh TUHAN dan diturunkan kedunia, dia menjadi pemimpin dirinya sendiri untuk mengikuti dan taat atas segala yang menjadi perintah dan mencegah dirinya sendiri dari apa yang dilarang. Tetapi kepemimpinan yang terbatas tersebut : pemimpinnya dirinya sendiri, yang dipimpin dirinya sendiri maka apa yang terjadi yaitu terjadi kekosongan kontrol sehingga pemimpinnya dan yang dipimpinnya melanggar aturan yang telah ditentukan. Ini sebuah prototype kepemipinan terbatas yang tanpa adanya control bagi orang yang dipimpinnya sehingga seorang pemimpin mudah menyimpang. Kepemimpinan dalam prototype ini dilakukan oleh orang suci bernama adam. Semakin banyak pemimpin memimpin orang berarti control terhadap lalu lintas kepemimpinan lebih besar dan lebih terjamin manakala model kepemimpinannya terbuka tidak tertutup dan mementingkan yang dipimpin bukan kepentingan yang memimpin sehingga dimasa modern sekarang ini disebut demokrasi (dari, oleh, untuk yang dipimpin) bukan (dari, oleh, untuk yang memimpin) yang dinamai AUTOKRASI = OTOKRASI.
           Kepemimpinan mengalami perkembangan dari waktu ke waktu dari individu memimpin individu (kepemimpinan adam) kemudian individu memimpin sejumlah orang (anak cucunya) untuk melaksanakan tugas sebagai manusia atau tugas tugas kemanusiaan pada zamannya. Ini dilalui adam untuk dirinya sendiri dan adam untuk anak-anak adam serta para cucunya. Tentu kepemimpinan dari prototype yang dilakukan adam kepada anak cucunya sudah membawa misi sebagai pemimpin individu kepada individu yang lain untuk mengikuti aturan aturan atau ketentuan ketentuan yang telah menjadi ketetapan yang dengan tujuan akhir dari kepemimpinan itu adalah ketaatan dan kepatuhan terhadap aturan yang telah ada baik bagi yang dipimpin atau yang memimpin. Tidak seperti yang kita lihat sekarang ini kata “taat dan Patuh” itu seakan diwajibkan bagi orang jelata (orang bawahan yang tidak punya pangkat/jabatan apa apa), dan sepertinya sekarang yang memimpin sesukanya berbuat apa apa) sehingga tatanan sosial, hukum, etika, bahkan peradaban manusia sekarang seperti kembali kepada binatang rimba sehingga seakan yang berlaku bukan hukum manusia apa lagi hukum tuhan yang terdapat dalam kitab suci yang tersabda dari mulut orang suci tetapi HUKUM RIMBA seakan yang berlaku sekarang ini. Ini tidak boleh terjadi.
Model kepemimpinan orang suci akan mengalami perkembangan yang dilanjutkan oleh orang suci yang lain dan para pengikutnya yaitu rasul nabi dan penerus penerusnya yang membawa misi hukum hukum ketuhanan (bersumber dari perintah danlarangan Tuhan) dan hukum hukum kemanusiaan dan alam. Tentu ini selalu mengalami prestasi yang besar (sukses) karena selalu dalam bimbingandan perlindungan Tuhan. Inilah sumber inspirasi dan sumber kreasi pemimpin dalam bentuknya secara modern sebagai gambaran edial sebuah bentuk kepemimpinan yang positif yang dapat dikembangkan untuk kesejahteraan masyarakat dengan terjemahan kepemimpinan  yang menjadi “RAHMAT BAGI SELURUH ALAM”. Bukan pemimpin yang berpedoman mencari rahmat dari berbagai sumberdaya alam atau pemimpin yang berfikir untuk kantong perutnya sendiri.
Kita bisa menapak jejak sejarah para pemimpin yang menjadi rahmat bagi seluruh alam dalam tipe kepemimpinan, adalah dilaksanakan oleh para orang suci para pengikutnya dan orang orang yang menerima petunjuk kebenaran sehingga dia dapat menciptakan kesejahteraan, mewujudkan keadilan, mensejajarkan hak dan kewajiban bagi siapapun, menciptakan kedamaian, menegakkan kebenaran bukan yang salah dibenarkan karena orang besar atau anggotanya, atau yang benar disalahkan karena jelata. Kalau begini kepemimpinan yang IRONIS, TRAGIS, BENGIS DAN JAUH DAI EDIALIS. Kepemimpinan ini pernah dicatat sejarah yaitu ketika pemimpin yang menobatkan dirinya adalah pemimpin yang MAHA BESAR yaitu Raja FARAO atau FIRAUN.  Betapa ngerinya jika kita membaca dokumen sejarah tentang masa itu.
           Para tokoh dunia pada abad modern banyak memunculkan model kepemimpinan yang semuanya itu prototype nya telah ada hanya menyesuaikan zamannya saja yang pada prinsipnya para tokoh tersebut melakukannya untuk membuat serta mewujudkan pikiran yang edial menurut fersi masing masing dalam perspektif yang berbeda sehingga memunculkan hal perbedaan secara substansial tetapi secara esensial edialistis mereka para tokoh dunia itu tidak kehilangan prinsip dasarnya dalam kepemimpinannya itu sehingga ada yang melahirkan pemimpin itu harus dapat melaksanakan sesuatu yang oleh, dari dan untuk yang dipimpin dengan istilah DEMOKRASI, ada yang melahirkan istilah sama rata, sama rasa dan sama karsa yang lebih popular disebut SOSIALIS, ada yang memimpin dengan tipe dalam mencapai tujuan kepemimpinan itu adalah yang dipimpin itu boleh melakukan apa saja sesuai dengan kemerdekaan berpendapat, memperoleh sesuatu dan hak hak lainnya yang kita kenal dengan istilah LIBERALIS.
Semuanya ini adalah pemaknaan secara edialistis pemikiran tokoh dalam memaknai perwujudan dari cita cita dan tujuan kepemimpinan yang menciptakan kesejahteraan umum dari sebuah konsep rahmat bagi seluruh alam yaitu kasih dan sayang bagi semua orang yang telah dipimpinnya.
              Menjelang kemerdekaan dari keadaan sangat lama bangsa Indonesia dalam cengkeraman penjajah kepemimpinan muncul dalam keadaan yang tidak formal, dalam berbagai bentuk yang tidak ingin tahu siapa pemimpinnya bahkan kala menghadapi penjajah model kepemimpinan bangsa Indonesia dapat dibilang tanpa bentuk yang bisa diilustrasikan dengan Organisasi Tanpa Bentuk  (OTB) dengan perumpamaan seperti badan tanpa kepala tapi bisa hidup dan digerakkan. Ini kan merupakan upaya agar penjajah tidak tahu, tetapi secara hakiki tetap terdapat pemimpinnya diibaratkan orang memakai baju besar kemudian baju itu selalu dipakai dan sesekali kepalanya ditutup juga dengan bajunya. Yang artinya pemimpin itu tetap ada namun dengan tujuan tertentu tidak diperlihatkan. Kepemimpinan ini lebih cenderung untuk satu tujuan dan dalam keadaan terjajah dan terjepit persamaan visi akan lebih mudah dan lebih dapat dengan mudah melakukan koordinasi (kerja sama) tujuan dari sebuah kepemimpinan semacam ini adalah satu dan biasanya sunyi dari penyimpangan dan kemunafikan karena satu tujuan yaitu merdeka dari penjajahan. Mental kepemimpinan yang semacam ini juga biasanya jauh dari mental hipokritis (mencla mencle) dan lebih stabil.
         Pada masa detik detik terakhir menjelang Indonesia merdeka mulailah secara formal kemimpinan muncul dalam bentuk yang sesungguhnya dengan tujuan agar segera mungkin Indonesia merdeka dan segera mungkin dapat diproklamasikan (diumumkan) kemerdekaan itu. Dalam hal ini arah perjuangan menuju kemerdekaan dengan cita cita menciptakan pemerintahan yang merdeka dengan mewujudkan kesejahteraan bersama. Inilah cita cita suci bangsa Indonesia mencapaikan kesucian yang sejati yaitu manakala Indonesia bercita citra merdeka yang kedua yaitu indoneasia merdeka dengan mewujudkan kesejahteraan dan keadilan serta cita cita lain yang merupakan manifestasi dari pancasila. Kepemimpinan ini masih belum banyak mengalami penyimpangan dari tujuan semula dan belum ada menyelewengan. Kepemimpinan ini mencapai bentuk edialnya.
           Kepemimpinan masa perkembangan social politik bangsa, dalam keadaan bangsa Indonesia yang sudah merdeka dengan segala dampak positif dan negatifnya sebagai konsekwensi mulailah pengaruh kepemimpinan mulai masuk yang pada waktu itu pengaruh sosialis dan marksis serta ideologinya banyak berpengaruh dibagian dunia terutama pengaruh RRC termasuk mampu masuk ke Indonesia melalui  sebagian pemimpin (pelaksana birokrasi) seperti waktu itu sebagaian menteri, soebandrio dkk yang berusaha keras memasukkan  model kepemimpinannya  diarahkan mengikuti gaya makrsisme dan kamunisme dengan bercirikan sama rata, sama rasa dan sama karsa. Yang ediologi itu menyamakan hak semua orang itu sama dengan takaran yang sama bagian yang sama tanpa ada perbedaan sedikitpun. Dengan prinsip itu dalam segala bentuknya sehingga mendapatkan perlawanan sangat keras dari bangsa Indonesia karena berlawanan prinsip bangsa Indonesia yang agamis (multi agama), kemanusiaan, nasionalis, terpimpin dan mewujudkan tatanan social yang adil serta mewujudkan kesejahteraan bangsa secara menyeluruh. Kepemimpinan yang agak kekiri kirian inipun akhirnya dilawan bangsa Indonesia dan menumbangkan ideologinya.          Kepemimpinan Mr soekarno sebenarnya lebih cenderung kepada ciri demokratis dari untuk dan oleh semua rakyat Indonesia, namun ciri ini lambat laun dipengaruhi ciri kepemimpinan yang sosialis karena Mr soekarno sangat terbuka kepada orang yang dipimpinnya dengan gaya akomodatif sehingga paham sosialis yang lebih dekat dengan paham marksis sangat mudah untuk masuk dalam system pemerintahannya yang pada saat itu muncullah yang disebut dengan partai komunis. Hal tersebut bisa masuk dalam system pemerintahan Indonesia karena semua aspirasi rakyat ataupun inspirasi  sebagian rakyat Indonesia dipandang sebagai bentuk demokrasi terbuka dari sebuah paham system penyelenggaraan pemerintahan ataupun kepemimpinan demokrasi. Akomodasi (menerima) kemajemukan aspirasi terlalu cepat dianggap sebagai bagian demokrasi maka inilah yang membuat titik noda orde lama atau orde Soekarno karena dalam kepemimpinan Mr soekarno yang ketika itu partai komunis Indonesia (PKI) diakomodasi sebagai salah satu kekuatan social politik bangsa Indonesia namun didalam perjalanannya PKI mengkhianati bangsa Indonesia tidak mengembangkan model demokrasi namun akan membelokkan edeologi bangsa menjadi ediologi sosiaalis komunis. Ini akibat dari sebuah pandangan demokrasi yang terbuka. Maka muncullah gerakan kembali kepada demokrasi Indonesia yang bersumber pancasila dan UUD 1945. Ini merupakan catatan sejarah demokrasi yang dikhianati dalam orde lama.
 Orde Baru muncul setelah orde lama tumbang sebagai tokoh besarnya adalah Mr Soeharto dengan  ciri edialnya yaitu penggalakan Pembangunan lima tahun (PELITA) dengan memunculkan seri 1, 2, dan seterusnya. Memberikan gelar padanya sebagai bapak pembangunan. Ciri kepemimpinannya adalah demokratis tetapi dengan asumsi demokrasi tertutup.  Mr Soeharto dalam memimpin semua didasarkan dari rakyat oleh rakyat dan untuk rakyat artinya tetap berpijak kepada model kepemimpinan demokrasi. Namun Mr soeharto punya idealisasi tersendiri yang tertutup bagi rakyat, gaya beliau dari, oleh dan untuk semua dipikirkannya namun orang yang dipimpin tidak perlu punya aspirasi, artinya demokrasi yang diikuti oleh mr soeharto adalah demokrasi tertutup, terpimpin dengan bungkus demokrasi pancasila. Kiranya itu semua adalah plus minus (kelebihan dan kekurangan) dari pemimpin yang berupa manusia. Tentu manusia itu bukan tuhan karena tuhan sebagai sumber hanya yang benar. Bukan juga para pemimpin itu adalah malaikat karena dia tidak disempurnakan tuhan dengan hasrat, juga bukan pemimpin kita itu setan karena adanya sesuatu yang dianggap buruk yang menjadi kekurangannya namun masih sangat banyak yang terlihat baiknya sebagai kelebihan. Tentulah para pemimpin kita itu dengan sangat hormat kita berkata sebaik baik pemimpin kita tetap sebagai manusia pasti ada kurang dan salah. Sejelek jelek pemimpin kita karena dia manusia tatap yang terlihat masih banyak sekali baiknya dengan gaya dan ke sempurnaannya antara kekurangan dan kelebihan masing masing. Sebenarnya para pemimpin kita adalah manusia yang sangat hebat ; mr soekarno nama besarnya menjulang tinggi ke seluruh dunia karena heroiknya (kepahlawanannya), Mr Soeharto karena Pembangunannya, Mr Habibi dengan teknologinya, Mr Abdurrahman wahid dengan humanisnya, Mr Sby dengan gaya bahasanya, tentu kita berharap munculnya pemimpin mendatang yang memiliki nama besar yang menggema di seluruh dunia karena keberhasilannya menegakkan keadilan dan dapat mensejahterakan rakyatnya bukan hanya mensejahterakan para pejabatnya.
          Ironis sekali dan sinis sekali, ini kalau disederhanakan ISSIS, manakala orde reformasi  ini kelahirannya berawal menumbangkan tirani (kedzaliman) yaitu mereform (menyusun kembali) sesuai kerangka keadilan, kemanusiaan, kesejahteraan dan lainnya yang sangat edial sebagai pandangan tentang membuat hari ini lebih baik dari pada hari kemarin, dan hari esok lebih baik dari pada hari ini namun apa yang terjadi dipertengahan jalan reformasi terpeleset menjadi repot nasi nyatanya segala kebutuhan mahal, pejabatnya cari kesempatan, impor daging diakali, harga bawang dimonopoli dengan segala caranya terlihat tidak ada rekayasa, bahan pokok semua harganya melambung tinggi. Tetapi ini memang bisa dipahami menuju proses sempurna sebagai bangsa dan masyarakat dunia yang sejahtera, damai dan adil. Kita sebagai bangsa apakah sudah kita lalui hari ini lebih baik dari hari kemarin dan hari esok lebih baik dari hari ini. Lihat paparan sejenak. Ketika pemimpin kita Mr Sokarno kita mungkin tidak bisa makan tetapi bangsa lain tidak berani melecehkan martabat kita tidak ada yang  berani menginjak (ingat jargon ganyang Malaysia), ketika pemimpin kita Mr Soeharto semua stabil ; social ekonomi, pertahanan keamanan, budaya, polotik bahkan harga harga dapat setabil orang kecil mudah cari uang dan dapat menabungnya. Orang keluar malam tidak takut penjahat, arang kaya tidak tahut dirampok, orang nyimpan uang di bank  tidak takut hilang sebagaimana prahara bank Century. Ketika pemimpin kita Mr Habibi orang tidak takut berkata merdeka, beda pendapat, beda cara pandang dalam arti terjaminnya kebebasan dan keterbukaan. Ketika pemimpin kita Mr Gusdur (orang amerika memanggil) kemanusiaan dijunjung tinggi, hak azazi sangat diakui berpijak dari  semua orang, menghargai semua pendapat, memberi kemerdekaan semua umat, melindungi semua agama dengan sebutan tokoh humanis dunia bahkan menjabat sebagai ketua/presiden agama agama di dunia. Kehebatan pemimpin kita ibunda megawati soekarno putri yang dapat meletakkan sendi sendi demokarsi bangsa Indonesia serta emansipasi wanitanya. Mr Sby mengguncang prestasi dunia dengan gaya bahasa dan senyumannya. Itu semua prestasi puncak dan kelebihannya masing masing orang yang pernah atau sedang memimpin kita. Tentulah dengan segala kekurangannya yang saat ini kita saksikan terjadinya MEGAKORUPSI di semua lini birokrasi apalagi rekayasa rekayasa dibidang yang lain, industrialisasi, ekspor inpor, perdagangan, ketenaga kerjaan dan lain lain. Moga kita cepat kembali pada jalan yang benar yaitu jalan yang lurus jalannya orang yang memperoleh nikmat bukan jalannya orang orang yang mendapatkan murka dan murka serta kemarahan Tuhan. Amiiin.
            Upgreading leadership adalah sebuah gerakan untuk memperbaiki kepemimpinan yang prinsip prinsipnya telah ada namun dalam perjalanan sejarah telah membelok, menyimpang bahkan diselewengkan untuk kita tarik dan kita berusaha memperbaikinya serta meluruskan tujuannya demi terciptanya kepemimpinan yang edial sesuai dengan cita cita harapan serta tujuan bersama untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang adil, makmur dan sejahtera, aman dan tenteram dalam menjalani hidup bersama sebagai masyarakat yang besar yaitu masyarakat bangsa, Negara dan dunia dengan penuh kedamaian.

Kesimpulan :  Prinsip prinsip kepemimpinan telah dicontohkan oleh pemimpin pemimpin kita dimasa lalu mulai para rasul, para nabi dan para pemimpin suci yang dalam mengemban kepemimpinannya dapat lepas dari godaan, penyimpangan, penyelewengan sehingga tujuan kepemimpinan dapat dicapai yang berupa keadilan, persamaan, kesejahteraan serta kedamaian. Saat ini kita semua merasakan kepemimpinan yang ada prinsip prinsipnya mengikuti namun tujuannya banyak yang kita saksikan menyimpang keluar dari rel sehingga upgreading ledership harus kita bawa sebagai perwujudan bengkel kepemimpinan agar dalam memimpin tindakan, tujuan dan cita cita tidak bergeser, yang awalnya cita cita menegakkan keadilan menjadi mengurangi rasa keadilan yang semula menciptakan kesejahteraan bersama menjadi cita cita mensejahterakan keluarga. Ini yang harus kita tarik kembali pada relnya, kita luruskan jalannya, kita benarkan kesalahannya. Berarti kita menjadi manusia, bangsa, Negara yang sempurna, yang pada dasarnya kesempurnaan itu tidak pernah kita capai.  Tingkat kesempurnaan sebagai manusia manakala kita insaf, sadar  dan mau mengerti yang salah kita benarkan, yang jelek kita perbaiki, yang kurang kita tambah yang berdosa mari kita mohon ampun. Demikian semoga bermanfaat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar