Jadwal Peringatan Hari
Jadi Nganjuk pada Tahun 2013, silakan klik disini.
Pagi ini agenda Peringatan Hari Jadi Nganjuk pada Tahun 2013 adalah Pawai
Alegoris dan Kirab Pusaka. Pawai alegoris merupakan prosesi yang bermakna
perpindahan Kota Pemerintahan Kabupaten Nganjuk dari Berbek menuju Kota
Nganjuk, yang berlangsung hingga kini sampai sekarang.
Peringatan Hari
Jadi Nganjuk pada Tahun 2013,
Pagi ini agenda adalah Pawai
Alegoris dan Kirab Pusaka. Pawai alegoris merupakan prosesi yang bermakna
perpindahan Kota Pemerintahan Kabupaten Nganjuk dari Berbek menuju Kota
Nganjuk, yang berlangsung hingga sampai sekarang.
Dalam
sambutannya Kadisparbud mengemukaakan bahwa pawai diikuti kurang lebih sebanyak
2000 peserta pawai alegoris memeriahkan peringatan Hari Jadi Kabupaten Nganjuk
ke-1076 tahun 2013. Dalam sambutannya
sekaligus memberangkatkan pawai Bupati Nganjuk Drs.H.Taufiqurrohman
mengemukakan bahwa Bumi Anjuk Ladang saget kawujud kamulyan dan dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim
pawai diberangkatkan dari alun-alun Berbek menuju pendopo menggunakan Kereta
kencana, dokar hias dan becak hias, untuk peserta pawai terakhir paguyupan
sepeda antik, menggunakan sepeda kuno dengan dandanan khas jawa. Iring-iringan
pawai terdiri dari kereta kencana yang ditumpangi mulai dari Bupati, wakil
bupati, para Muspida Nganjuk, anggota DPRD, Camat, SKPD-SKPD (Satuan
Kerja Perangkat Daerah), dan para
UPTD-UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) se-Kabupaten Nganjuk serta para parogo. Kirap yang diikuti seluruh
instansi di lingkungan Pemkab Nganjuk dan juga instansi Kecamatan dan desa ini
berlangsung meriah. Warga yang berjubel dipinggir jalan ingin menyaksikan
langsung pawai Alegoris yang di adakan hanya setahun sekali ini, cuaca mendung
tidak menyurutkan pengunjung jalan jalan protokol yang di lalui pawai berjubel.
Pawai yang dimulai dari alun-alun Berbek menuju pendopo Kabupaten Nganjuk,
Selamat hari jadi kota Nganjuk tercinta semoga membawa angin segar kemakmuran,
mari kita semarakkan, dengan partisipasi menyaksikan pawai biar gebyar terasa
guyup. Dalam situs www.nganjuk.go.id diterangkan sejarah dan
profil Nganjuk berikut ini ulasanya :
Profil Nganjuk
Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105' sampai dengan
112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah
sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:Tanah sawah 43.052.5 Ha.Tanah kering 32.373.6 Ha. Tanah hutan 47.007.0 Ha. Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi
dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman , baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian . Kondisi dan struktur tanah
yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas
3.236 Ha, dan sungai Brantas yang
mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha. Jumlah curah
hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari yaitu 7.416 mm dengan rata-rata 436 mm.
Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November dengan jumlah curah hujan
600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan
Juni sampai dengan bulan Oktober tidak terjadi hujan
sama sekali. Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam Bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan.
Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.
Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk . Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta . Sejak adanya Perjanjian Sepreh 1830, atau tepatnya tanggal 4 juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk(Berbek, Kertosono dan Nganjuk) tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107,
dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch
Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng. Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono
antara lain disebutkan: III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de
navalgende Wijken en kampongs : de Chineeshe Wijk de kampong
Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa
tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat
pemerintahan Kabupaten Berbek
berkedudukan di Nganjuk.
Sejarah Nganjuk
Berbek, Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk.
Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I :
Dalam uraian berikut ini lebih banyak menjelaskan tentang
Baca Akte Komisaris Daerah-daerah Keraton yang
telah diambil alih oleh Residensi Kediri, yang ditandatangani di Semarang oleh
Van Lawick Van Pabst. Dalam akte kolektif ini juga ditetapkan personalia
pejabat-pejabat Kabupaten yang lain, seperti Patih, Mantrie, Jaksa, Mantri
Wedono / Kepala Distrik, mantri Res dan Penghoeloe.
Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal
bakal” Kabupaten Nganjuka sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena ternyata
kemudian bahwa alur Sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan
KabupatenBerbek dibawah kepemimpinnan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1.
Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu
daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari
silsilah keluarga dan catatan:”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk”
tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah
KRT. Sosrokoesoemo 1 (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat).
Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah
bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama masjid yoni Al Mubaarok.
Terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi:
Bagian depan :Ratu Pandito Tata Terus (1759)
Bagian Bawah :Ratu Nitih Buto Murti(1758)
Kanan/kiri: Ratu Pandito Tata Terus (1759)
Belakang: Ratu Pandito Tata Terus (1759)
Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo
Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia tahun 1760
(Leno Sarosa Pandito Iku), sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden
Toemenggoeng Sosrodirdjo. Mendekati tahun 1811, Kabupaen Berbek pecah menjadi
2(dua), yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai bupati Godean
adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II.
Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II:
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai tindak lanjut adalah
perjanjian sepreh tahun 1830, yaitu adanya rencana penataan kembali
daerah-daerah dibawah pengawasan dan kekuasaan Nederlandsch Gouverment,dengan
SK 31 agustus 1830, ditetapkan bahwa Kabupaten Godean dinyatakan dicabut dan
selanjutnya digabung dangan Kabupaten Berbek (yang terdekat). Dengan akte
Komisaris daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih dan ditandatangani oleh
Van Lawick Van Pabst tanggal 16 juni 1831 di Semarang, ditunjuk sebagai bupati
Berbek adalah Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II. Dari akte tersebut
dapat diketahui bahwa Godean telah berubah statusnya menjadi Distri Godean,
yang bersama-sama dengan distrik Siwalan dan distrik Berbek menjadi bagian dari
wilayah Kabupaten Berbek.
Raden Ngabehi Pringgodikdo :
KRT Sosrokoesoemo II(1830-1852)meninggal dunia tanggal
27 agustus 1852 karena menderita sakit paru-paru.yang ditunjuk sebagai
penggantinya adalah Raden Ngabehi Pringgodikdo, patih dari luar Kabupaten
Ngrowo, yang bukan termasuk garis keturunan / keluarga dari KRT.Sosrokoesoemo
II. Pilihan jatuh pada Pringodikdo ini karena putra-putra dari
KRT.Sosrokoesoemo II (Bupati yang telah meninggal) dianggap kurang mampu unuk
menduduki jabatan bupati tersebut.
Sedangkan Pringgodikdo dinilai lebih cakap dan berbudi
pekerti yang baik, selain itu mempunyai pengalaman yang cukup daripada
calon-calon lain yang diusulkan, sehingga dianggap mampu dan pantas untuk
menggantikan KRT. Sosrokoesoemo II almarhum.
Pengangkatan Pringgodikdo sebagai bupati yang
ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral Nederlandsch India di
Batavia, tanggal 25 November 1852. selanjutnya, apabila disimak dari isi surat
residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852 tetang
pertimbangan-pertimbangan terhadap Pringgodikdo untuk diangkat menjadi Bupati Berbek
adalah sebagai berikut:
“Kabupaten Berbek penting sekali, juga sangat luas,
yang meliuti delapan distrik diwilayahnya, dan berbatasan dangan residen
Madiun, Soerabaja, rembang, sehingga Policie disana seharusnya waspada…”
Menurut “Akte Komisaris daerah-daerah Kraton yang
telah diambil alih “tanggal 16 Juni1831, bahwa dikabupaten Berbek terdapat
3(tiga) distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2(dua) distrik dan Kabupaten Kertosono
ada 3(tiga) distrik, sehingga jumlah keseluruhan ada 8(delapan) distrik, sama dengan
yang disebutkan dalam SK di atas. Hal ini berarti sebelum KRT.Sosrokoesoemo II
meninggal, telah terjadi suatu proses penghapusan Kabupaten Nganjuk dan
Kabupaten Kertosono yang meliputi distrik-distrik: Berbek, Goden, Siwalan (asli
dari Kabupaten Berbek), Ngandjoek, Gemenggeng (berasal dari Kabupaten
Ngandjoek), Kertosono, Waroe Djajeng, Lengkong (berasal dari Kabupaten
Ketosono).
Raden Ngabehi Soemowilojo
Raden Ngabehi Pringgodikdo menjabat sebagai bupati
Berbek lebih kurang 14 tahun, yaitu sampai dengan tahun 1866. setelah mangkat
digantikan oleh Raden Ngabehi Soemowilojo, patih pada kadipaten Blitar dengan
SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 3 September 1866 No. 10.
selanjutnya dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 21 oktober
1866 No.102 dia diberi gelar toemenggoeng dan diijimkan manamakan diri : Raden
Ngabehi Soemowilojo.
Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III:
Raden Ngabehi Soemowilojo meninggal dunia tanggal 22
februari 1878. Untuk menduduki jabatan Bupati Berbek yang kosong tersebut telah
diangkat Raden Mas Sosrokoesoemo III, Wedono dari Nederlandsch Indie tanggal 10
april 1878 No.9, menjadi Bupati Berbek. Bersama dengan itu diberikan totle
jabatan: Toemenggoeng dan diijinkan menuliskan namanya Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo.
Pada masa pemerintahan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III inilah terjadi
suatu peristiwa yang amat penting bagi perjalanan sejarah pemerintahan di
Nganjuk hingga sekarang ini. Peristiwa tersebut adalah adanya kepindahan tempat
pusat pemerintahan dari kota Berbek menuju kota Nganjuk. Mengenai hal boyongan
ini akan diuraikan nanti.
Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadikoesoemo :
Pada tanggal 28 September 1900, RM. Adipati
Sosrokoesoemo III karena menderita sakit yang terus menerus sehingga terpaksa memberanikan
diri mengajukan permohonan kepada Gubernur Jendral Nederlansch Indie untuk
diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negara dengan diberikan hak pensiun.
Dan selanjutnya, memohon agar karirnya putra laki-laki tertuanya: Raden Mas
Sosro Hadikoesoemo menggantikan jabatan sebagai Regent (Bupati) Berbek.
Berdasarkan Besluit Gubernur Jendral nederlansch Indie
tanggal 2 Maret 1901 No 10, Pemerintahan Hindia Belanda memberhentiakan R.M.
Adipati Sosrokoesoemo dan selanjutnya mengangkat redden Mas Sosro Hadikoesoemo
sebagai Regent (Bupati) Berbek dan memberinya gelar Toemenggoeng dan
mengijinkan menamakan dan menuliskan:Raden MAs Toemenggoeng Sosro Hadi
Koesoemo.
Satu hal penting yang perlu dipehatikan pada masa
jabatan RMT. Sosro Hadi Koesoemo ini adalah mulai digunakan sebutan:
Regentschap (Kabupaten) Nganjuk, yang pada waktu-waktu sebelumnya masih di
sebut Afdelling Berbek (Kabupaten Berbek). Tentang hal ini dapat dilihat pada
Regeering Almanak 1852-19420.
Berikut ini adalah nama-nama Bupati Nganjuk setelah Raden Mas Sosro Hadi
Koesoemo:
1936 - 1942 :
RTA Prawiro Wigjojo
1943 - 1947 : R Mochtar Praboe Mangkoenegoro
1947 - 1649 : MR Iskandar Gondowardojo
1949 - 1951 : RM Djojokoesoemo
1951 - 1955 : KI Soeroso Atmohadiredjo
1955 - 1958 : M Abdoel Sjukur Djojodiprodjo
1958 - 1960 : M Poegoeh Tjokrosoemarto
1961 - 1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH
1968 - 1973 : Soeprapto, BA
1973 - 1978 : Soeprapto, BA
1978 - 1983 : Drs. Soemari
1983 - 1988 : Drs. Ibnu Salam
1988 - 1993 : Drs. Ibnu Salam
1993 - 1998 : Drs. Sutrisno R
1998 - 2003 : Drs. Sutrisno R, MSi
2003 - 2008 : Ir Siti Nurhayati, MM
2008 - 2013 : Drs H Taufiqurrahman
1943 - 1947 : R Mochtar Praboe Mangkoenegoro
1947 - 1649 : MR Iskandar Gondowardojo
1949 - 1951 : RM Djojokoesoemo
1951 - 1955 : KI Soeroso Atmohadiredjo
1955 - 1958 : M Abdoel Sjukur Djojodiprodjo
1958 - 1960 : M Poegoeh Tjokrosoemarto
1961 - 1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH
1968 - 1973 : Soeprapto, BA
1973 - 1978 : Soeprapto, BA
1978 - 1983 : Drs. Soemari
1983 - 1988 : Drs. Ibnu Salam
1988 - 1993 : Drs. Ibnu Salam
1993 - 1998 : Drs. Sutrisno R
1998 - 2003 : Drs. Sutrisno R, MSi
2003 - 2008 : Ir Siti Nurhayati, MM
2008 - 2013 : Drs H Taufiqurrahman
2013 - 2018 :
Drs H Taufiqurrahman
Tidak ada komentar:
Posting Komentar