al azmi media

Selasa, 09 April 2013

hari jadi nganjuk ke 1076 tahun 2013

Jadwal Peringatan Hari Jadi Nganjuk pada Tahun 2013, silakan klik disini. Pagi ini agenda Peringatan Hari Jadi Nganjuk pada Tahun 2013 adalah Pawai Alegoris dan Kirab Pusaka. Pawai alegoris merupakan prosesi yang bermakna perpindahan Kota Pemerintahan Kabupaten Nganjuk dari Berbek menuju Kota Nganjuk, yang berlangsung hingga kini sampai sekarang.

Peringatan Hari Jadi Nganjuk pada Tahun 2013, Pagi ini agenda  adalah Pawai Alegoris dan Kirab Pusaka. Pawai alegoris merupakan prosesi yang bermakna perpindahan Kota Pemerintahan Kabupaten Nganjuk dari Berbek menuju Kota Nganjuk, yang berlangsung hingga sampai sekarang. Dalam sambutannya Kadisparbud mengemukaakan bahwa pawai diikuti kurang lebih sebanyak 2000 peserta pawai alegoris memeriahkan peringatan Hari Jadi Kabupaten Nganjuk ke-1076 tahun 2013.  Dalam sambutannya sekaligus memberangkatkan pawai Bupati Nganjuk Drs.H.Taufiqurrohman mengemukakan bahwa Bumi Anjuk Ladang saget kawujud kamulyan dan  dengan mengucap Bismillahirrahmanirrahim pawai diberangkatkan dari alun-alun Berbek menuju pendopo menggunakan Kereta kencana, dokar hias dan becak hias, untuk peserta pawai terakhir paguyupan sepeda antik, menggunakan sepeda kuno dengan dandanan khas jawa. Iring-iringan pawai terdiri dari kereta kencana yang ditumpangi mulai dari Bupati, wakil bupati, para Muspida Nganjuk, anggota DPRD, Camat, SKPD-SKPD  (Satuan Kerja Perangkat Daerah), dan para UPTD-UPTD (Unit Pelaksana Teknis Daerah) se-Kabupaten Nganjuk serta para parogo. Kirap yang diikuti seluruh instansi di lingkungan Pemkab Nganjuk dan juga instansi Kecamatan dan desa ini berlangsung meriah. Warga yang berjubel dipinggir jalan ingin menyaksikan langsung pawai Alegoris yang di adakan hanya setahun sekali ini, cuaca mendung tidak menyurutkan pengunjung jalan jalan protokol yang di lalui pawai berjubel. Pawai yang dimulai dari alun-alun Berbek menuju pendopo Kabupaten Nganjuk, Selamat hari jadi kota Nganjuk tercinta semoga membawa angin segar kemakmuran, mari kita semarakkan, dengan partisipasi menyaksikan pawai biar gebyar terasa guyup. Dalam situs www.nganjuk.go.id diterangkan sejarah dan profil Nganjuk berikut ini ulasanya :
 
Profil Nganjuk

Kabupaten Nganjuk terletak antara 11105' sampai dengan 112013' BT dan 7020' sampai dengan 7059' LS. Luas Kabupaten Nganjuk adalah sekitar ± 122.433 Km2 atau 122.433 Ha yang terdiri dari atas:Tanah sawah 43.052.5 Ha.Tanah kering 32.373.6 Ha. Tanah hutan 47.007.0 Ha. Dengan wilayah yang terletak di dataran rendah dan pegunungan, Kabupaten Nganjuk memiliki kondisi dan struktur tanah yang cukup produktif untuk berbagai jenis tanaman , baik tanaman pangan maupun tanaman perkebunan sehingga sangat menunjang pertumbuhan ekonomi dibidang pertanian . Kondisi dan struktur tanah  yang produktif ini sekaligus ditunjang adanya sungai widas yang mengalir sepanjang 69,332 km dan mengairi daerah seluas 3.236 Ha, dan  sungai Brantas yang mampu mengairi sawah seluas 12.705 Ha. Jumlah curah  hujan per bulan selama 2002 terbesar terjadi pada bulan Januari  yaitu 7.416 mm dengan rata-rata 436 mm. Sedangkan terkecil terjadi pada bulan November  dengan jumlah curah hujan  600 mm dengan rata-rata 50mm. Pada bulan  Juni sampai dengan bulan Oktober  tidak terjadi hujan  sama sekali. Nganjuk dahulunya bernama Anjuk Ladang yang dalam Bahasa Jawa Kuno berarti Tanah Kemenangan. Dibangun pada tahun 859 Caka atau 937 Masehi.

Berdasarkan peta Jawa Tengah dan Jawa Timur pada permulaan tahun 1811 yang terdapat dalam buku tulisan Peter Carey yang berjudul : ”Orang Jawa dan masyarakat Cina (1755-1825)”, penerbit Pustaka Azet, Jakarta, 1986; diperoleh gambaran yang agak jelas tentang daerah Nganjuk . Apabila dicermati peta tersebut ternyata daerah Nganjuk terbagi dalam 4 daerah yaitu Berbek, Godean, Nganjuk dan Kertosono merupakan daerah yang dikuasai Belanda dan kasultanan Yogyakarta, sedangkan daerah Nganjuk merupakan mancanegara kasunanan Surakarta . Sejak adanya Perjanjian Sepreh  1830, atau tepatnya tanggal 4 juli 1830, maka semua kabupaten di Nganjuk(Berbek, Kertosono dan Nganjuk)  tunduk dibawah kekuasaan dan pengawasan Nederlandsch Gouverment. Alur sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan Kabupaten Berbek dibawah kepemimpinan Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1. Dimana tahun 1880 adalah tahun suatu kejadian yang diperingati yaitu mulainya kedudukan ibukota Kabupaten Berbek pindah ke Kabupaten Nganjuk.
 
Dalam Statsblad van Nederlansch Indie No.107, dikeluarkan tanggal 4 Juni 1885, memuat SK Gubernur Jendral dari Nederlandsch Indie tanggal 30 Mei 1885 No 4/C tentang batas-batas Ibukota Toeloeng Ahoeng. Trenggalek, Ngandjoek dan Kertosono antara lain disebutkan: III tot hoafdplaats Ngandjoek, afdeling Berbek, de navalgende Wijken en kampongs : de Chineeshe Wijk de kampong Mangoendikaran de kampong Pajaman de kampong Kaoeman. Dengan ditetapkannya Kota Nganjuk yang meliputi kampung dan desa tersebut di atas menjadi ibukota Kabupaten Nganjuk, maka secara resmi pusat pemerintahan Kabupaten Berbek  berkedudukan di Nganjuk.

Sejarah Nganjuk

Berbek, Cikal Bakal Kabupaten Nganjuk.

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrokoesoemo I : 

Dalam uraian berikut ini lebih banyak menjelaskan tentang
Baca Akte Komisaris Daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih oleh Residensi Kediri, yang ditandatangani di Semarang oleh Van Lawick Van Pabst. Dalam akte kolektif ini juga ditetapkan personalia pejabat-pejabat Kabupaten yang lain, seperti Patih, Mantrie, Jaksa, Mantri Wedono / Kepala Distrik, mantri Res dan Penghoeloe.

Perjalanan sejarah keberadaan Kabupaten Berbek “cikal bakal” Kabupaten Nganjuka sekarang ini. Dikatakan “cikal bakal” karena ternyata kemudian bahwa alur Sejarah Kabupaten Nganjuk adalah berangkat dari keberadaan KabupatenBerbek dibawah kepemimpinnan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo 1.

Kapan tepatnya daerah Berbek mulai menjadi suatu daerah yang berstatus kabupaten, kiranya masih sulit diungkapkan. Namun dari silsilah keluarga dan catatan:”Peninggalan Kepurbakalaan Kabupaten Nganjuk” tulisan Drs. Subandi, dapat diketahui bahwa bupati Berbek yang pertama adalah KRT. Sosrokoesoemo 1 (terkenal dangan sebutan Kanjeng Jimat). 

Pada masa pemerintahanya dapat diselesaikan sebuah bangunan masjid yang bercorak hinduistis yang bernama masjid yoni Al Mubaarok. Terdapat sinengkalan huruf arab berbahasa jawa yang berbunyi:
Bagian depan :Ratu Pandito Tata Terus (1759)
Bagian Bawah :Ratu Nitih Buto Murti(1758)
Kanan/kiri: Ratu Pandito Tata Terus (1759)
Belakang: Ratu Pandito Tata Terus (1759)

Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo
Setelah KRT Sosrokoesoemo meninggal dunia tahun 1760 (Leno Sarosa Pandito Iku), sebagai penggantinya adalah Kanjeng Raden Toemenggoeng Sosrodirdjo. Mendekati tahun 1811, Kabupaen Berbek pecah menjadi 2(dua), yaitu Kabupaten Berbek dan Kabupaten Godean. Sebagai bupati Godean adalah Raden Mas Toemenggoeng Sosronegoro II.

Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II:
Dalam perkembangan selanjutnya, sebagai tindak lanjut adalah perjanjian sepreh tahun 1830, yaitu adanya rencana penataan kembali daerah-daerah dibawah pengawasan dan kekuasaan Nederlandsch Gouverment,dengan SK 31 agustus 1830, ditetapkan bahwa Kabupaten Godean dinyatakan dicabut dan selanjutnya digabung dangan Kabupaten Berbek (yang terdekat). Dengan akte Komisaris daerah-daerah Keraton yang telah diambil alih dan ditandatangani oleh Van Lawick Van Pabst tanggal 16 juni 1831 di Semarang, ditunjuk sebagai bupati Berbek adalah Kanjeng Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo II. Dari akte tersebut dapat diketahui bahwa Godean telah berubah statusnya menjadi Distri Godean, yang bersama-sama dengan distrik Siwalan dan distrik Berbek menjadi bagian dari wilayah Kabupaten Berbek.

Raden Ngabehi Pringgodikdo :
KRT Sosrokoesoemo II(1830-1852)meninggal dunia tanggal 27 agustus 1852 karena menderita sakit paru-paru.yang ditunjuk sebagai penggantinya adalah Raden Ngabehi Pringgodikdo, patih dari luar Kabupaten Ngrowo, yang bukan termasuk garis keturunan / keluarga dari KRT.Sosrokoesoemo II. Pilihan jatuh pada Pringodikdo ini karena putra-putra dari KRT.Sosrokoesoemo II (Bupati yang telah meninggal) dianggap kurang mampu unuk menduduki jabatan bupati tersebut.
Sedangkan Pringgodikdo dinilai lebih cakap dan berbudi pekerti yang baik, selain itu mempunyai pengalaman yang cukup daripada calon-calon lain yang diusulkan, sehingga dianggap mampu dan pantas untuk menggantikan KRT. Sosrokoesoemo II almarhum.

Pengangkatan Pringgodikdo sebagai bupati yang ditetapkan dengan Surat Keputusan Gubernur Jendral Nederlandsch India di Batavia, tanggal 25 November 1852. selanjutnya, apabila disimak dari isi surat residen Kedirie yang pertama, tanggal 20 September 1852 tetang pertimbangan-pertimbangan terhadap Pringgodikdo untuk diangkat menjadi Bupati Berbek adalah sebagai berikut:
“Kabupaten Berbek penting sekali, juga sangat luas, yang meliuti delapan distrik diwilayahnya, dan berbatasan dangan residen Madiun, Soerabaja, rembang, sehingga Policie disana seharusnya waspada…”
Menurut “Akte Komisaris daerah-daerah Kraton yang telah diambil alih “tanggal 16 Juni1831, bahwa dikabupaten Berbek terdapat 3(tiga) distrik, Kabupaten Nganjuk ada 2(dua) distrik dan Kabupaten Kertosono ada 3(tiga) distrik, sehingga jumlah keseluruhan ada 8(delapan) distrik, sama dengan yang disebutkan dalam SK di atas. Hal ini berarti sebelum KRT.Sosrokoesoemo II meninggal, telah terjadi suatu proses penghapusan Kabupaten Nganjuk dan Kabupaten Kertosono yang meliputi distrik-distrik: Berbek, Goden, Siwalan (asli dari Kabupaten Berbek), Ngandjoek, Gemenggeng (berasal dari Kabupaten Ngandjoek), Kertosono, Waroe Djajeng, Lengkong (berasal dari Kabupaten Ketosono).

Raden Ngabehi Soemowilojo
Raden Ngabehi Pringgodikdo menjabat sebagai bupati Berbek lebih kurang 14 tahun, yaitu sampai dengan tahun 1866. setelah mangkat digantikan oleh Raden Ngabehi Soemowilojo, patih pada kadipaten Blitar dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 3 September 1866 No. 10. selanjutnya dengan SK Gubernur Jendral Nederlandsch Indie tanggal 21 oktober 1866 No.102 dia diberi gelar toemenggoeng dan diijimkan manamakan diri : Raden Ngabehi Soemowilojo.

Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III:
Raden Ngabehi Soemowilojo meninggal dunia tanggal 22 februari 1878. Untuk menduduki jabatan Bupati Berbek yang kosong tersebut telah diangkat Raden Mas Sosrokoesoemo III, Wedono dari Nederlandsch Indie tanggal 10 april 1878 No.9, menjadi Bupati Berbek. Bersama dengan itu diberikan totle jabatan: Toemenggoeng dan diijinkan menuliskan namanya Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo. Pada masa pemerintahan Radeen Toemenggoeng Sosrokoesoemo III inilah terjadi suatu peristiwa yang amat penting bagi perjalanan sejarah pemerintahan di Nganjuk hingga sekarang ini. Peristiwa tersebut adalah adanya kepindahan tempat pusat pemerintahan dari kota Berbek menuju kota Nganjuk. Mengenai hal boyongan ini akan diuraikan nanti.

Raden Mas Toemenggoeng Sosro Hadikoesoemo :
Pada tanggal 28 September 1900, RM. Adipati Sosrokoesoemo III karena menderita sakit yang terus menerus sehingga terpaksa memberanikan diri mengajukan permohonan kepada Gubernur Jendral Nederlansch Indie untuk diberhentikan dengan hormat dari jabatan Negara dengan diberikan hak pensiun. Dan selanjutnya, memohon agar karirnya putra laki-laki tertuanya: Raden Mas Sosro Hadikoesoemo menggantikan jabatan sebagai Regent (Bupati) Berbek.

Berdasarkan Besluit Gubernur Jendral nederlansch Indie tanggal 2 Maret 1901 No 10, Pemerintahan Hindia Belanda memberhentiakan R.M. Adipati Sosrokoesoemo dan selanjutnya mengangkat redden Mas Sosro Hadikoesoemo sebagai Regent (Bupati) Berbek dan memberinya gelar Toemenggoeng dan mengijinkan menamakan dan menuliskan:Raden MAs Toemenggoeng Sosro Hadi Koesoemo.

Satu hal penting yang perlu dipehatikan pada masa jabatan RMT. Sosro Hadi Koesoemo ini adalah mulai digunakan sebutan: Regentschap (Kabupaten) Nganjuk, yang pada waktu-waktu sebelumnya masih di sebut Afdelling Berbek (Kabupaten Berbek). Tentang hal ini dapat dilihat pada Regeering Almanak 1852-19420.

Berikut ini adalah nama-nama Bupati Nganjuk setelah Raden Mas Sosro Hadi Koesoemo:

1936 - 1942 : RTA Prawiro Wigjojo
1943 - 1947 : R Mochtar Praboe Mangkoenegoro
1947 - 1649 : MR Iskandar Gondowardojo
1949 - 1951 : RM Djojokoesoemo
1951 - 1955 : KI Soeroso Atmohadiredjo
1955 - 1958 : M Abdoel Sjukur Djojodiprodjo
1958 - 1960 : M Poegoeh Tjokrosoemarto
1961 - 1968 : Soendoro Hardjoamodjojo, SH
1968 - 1973 : Soeprapto, BA
1973 - 1978 : Soeprapto, BA
1978 - 1983 : Drs. Soemari
1983 - 1988 : Drs. Ibnu Salam
1988 - 1993 : Drs. Ibnu Salam
1993 - 1998 : Drs. Sutrisno R
1998 - 2003 : Drs. Sutrisno R, MSi
2003 - 2008 : Ir Siti Nurhayati, MM
2008 - 2013 : Drs H Taufiqurrahman
2013 - 2018 : Drs H Taufiqurrahman

                            

Tidak ada komentar:

Posting Komentar