al azmi media

Senin, 27 Mei 2013

kecil badan kepala besar

Kebenaranlah yang menjadi pangkal dari segala sifat sifat terpuji yang lain dalam leadership yang akan didambakan manusia penghuni dunia dengan harapan hidup aman sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa agama mengatakan : “Suatu negeri yang indah dalam lindungan dan selalu dalam ampunan Tuhan”. Semoga kita termasuk manusia yang mengemban amanat kepemimpinan yang selalu yakin bahwa itu amanat dari Tuhan yang harus dijalankan dengan benar tanpa penyimpangan. Amin.


KECIL  BADAN  KEPALA  BESAR


oleh : Ahmadi Yasin

             Suatu ketika saya bertemu dengan seseorang yang tampangnya tidak menarik, lusuh tubuhnya, kerempeng tampangnya, sekilas dia tidak terlihat apa apa apalagi ada apanya. Wah saya penasaran untuk menghampirinya sekedar untuk bincang bincang. Dia berbicara menyapa dengan penuh persaudaraan sesama manusia, kata hati saya ooh orang ini memiliki pandangan hidup humanis (menjunjung tinggi tentang harkat kemanusiaan), lalu saya teruskan berbicara dia menyinggung tentang hal hal lain termasuk moral, dia bertanya baik mana orang yang tidak berbaju dengan berbaju tapi tidak sempurna, jawab saya dalam hati baik tidak berbaju karena orang tidak berbaju akal, pikiran dan hatinya sudah tidak berguna artinya sableng, edan dan bahkan sudah gila. Lalu la kalau orang berbaju tapi tidak sempurna kan akal, pikiran dan hatinya berfungsi namun mungkin cari sensasi, ingin mendapatkan perhatian atau mencari sesuatu untuk mendapatkan komisi (imbalan atas apa yang ia lakukan), kata hati saya ooh orang ini moralis. Orang mengatakan hal ini ooh orang rusak kali (rusak prilakunya).
            Ternyata semakin berbincang dengan orang tersebut tambah menarik, saya berkata dalam hati penting mana sih antara casing (tutup luar) dengan kepribadian. Hati saya berkata penting kepribadian, benar tidak ya. Saya berulang ulang untuk mempertanyakan pada diri saya sendiri ternyata bahwa casing dan kepribadian itu yang lebih penting adalah kepribadian. Akhirnya diskusi saya berjalan dalam waktu yang lama dan sampai pada pertanyaan tentang istilah yang benar itu “badan besar atau besar badan” hati saya menjawab kalau itu sih sama artinya. Lalu bicara lagi tentang istilah yang benar “Kepala besar atau besar kepala”, hati saya berkata kalau yang satu ini jelas sangat berbeda artinya. Kepala besar itu kepala gajah, kepala sapi, kepala kerbau dan lainnya,  merupakan jenis hewan yang memiliki kepala besar. Namun kalau besar kepala berarti terkandung makna sinistis  (pelecehan terhadap orang yang mendapat julukan itu) yaitu orang orang sombong atau orang yang menyombongkan dirinya.
             Sesungguhnya makna itu terdapat dua pengertian implisit dan eksplisit (arti sebenarnya dan arti yang tidak sesungguhnya), arti yang sebenarnya telah jelas kiranya namun pengertian yang tidak sesungguhnya adalah kata “badan besar atau besar badan memiliki arti sama”,  terlihat beda jika digabung dengan kata lain semisal  “besar badan atau badan besar + kepala udang”, sungguh memiliki makna yang ironis sekali.
           Sebuah illustrasi dari kalimat “badan kecil kepala besar ” adalah bahwa pawer (kekuatan) manusia tidak semata tergambar dari  yang terpancar dari luarnya saja (casing), namun kekuatan itu akan terpancar pula dari kepribadiannya (attitude) nya. Terlebih lebih lagi dia seorang leader yang akan memiliki tugas tugas sebagai leadership (kepemimpinan). Seorang pemimpin tidak bisa dilihat dari edial secara pisik semata ; tampan, tinggi, bersih, hansem, atau bagi perempuan ; tinggi semampai, cantik, putih, mancung hidungnya atau actris body (perawakan artis), itu tidak cukup, persyaratan lain adalah berkepala besar. Ini adalah persyaratan yang teramat prinsip. Apakah dalam manajemen telah menentukan persyaratan utama dan prinsip  dalam memiliih seorang pemimpin dengan berbasis “Berkepala besar”. Jawab saya tidak tahu pasti, namun jawaban saya dalam hati pemimpin haruslah memiliki kepala besar dengan makna eksplisit (genius atau setidaknya sangat pandai).  Menurut pendapat saya seorang leader harus dipilih dengan beberapa criteria dan dalam keadaan  yang sangat edial diantaranya :
A. Ideal ini termasuk didalamnya punya sikap yang  edialis (yaitu memilih sesuatu     yang terbaik menurut dirinya dan orang lain).
                 Secara ideal leadhership itu harus memiliki persyaratan yang sempurna baik secara fisik maupun psikis sehingga power (kemampuan) seorang pemimpin itu penuh (power full) boleh dibilang dengan pembahasaan “badan besar kepala besar” tidak seperti sindiran ironis “badan besar kepala udang” tentu kata ini akan merendahkan martabat seseorang sebagai pemimpin.
                 Maka seorang pemimpin harus memiliki mimpi mimpi dan ide ide brillian (ide ide cemerlang) yaitu gagasan gagasan yang terbaik untuk dilakukan dalam mengemban tugas dan amanat yang telah diterimanya sebagai jabatan yang pada saatnya akan bertanggung jawab kepada dirinya sendiri dengan pertanggung jawaban hati nuraninya, juga pertanggung jawaban terhadap Tuhan nya karena hidup ini hanya diperuntukkan Tuhan tidak ada yang lain. Tuhan sebagai penyebab pertama dan penyebab utama dari segala sesuatu yang ada. Termasuk jabatan itu sendiri.
              Bahkan kalau kita menyimak sejarah pemimpin pemimpin dahulu seperti para orang suci (nabi) serta penggagas madernisasi dari sebuah peradaban jika dipikir waktu dahulu ide idenya yang sekarang dianggap brilian (sangat cemerlang) dahulu dianggap ide gila atau orangnya sering disebut “Gila” seperti para orang suci ketika dihadapan para pengikutnya yang ingkar seperti ide “Nuh” membikin perahu karena akan datangnya air bah, kejadian isra’ dan mi’raj Rasulullah perjalanan semalam yang menempuh perjalanan dari makkah menuju palestina dan diteruskan naiknya beliau sampai ke langit tujuh, mereka yang tidak percaya mengatakan gila. Demikian juga “ Thomas Alfa Edison” yang berfikir terciptanya “lampu pijar” seperti sekarang ini. Pada saat itu dia dianggap orang “G I l a” , yang konon katanya dia melakukan eksperimen sampai 499 kali baru dapat membuktikan anggapan gila berubah anggapan orang yang memiliki kecerdasan yang sempurna (Genius).
B. Kreatif
                Kreatifitas seorang leader secara structural akan memiliki legalitas yang besar serta       memiliki akseptabilitas (diterimanya suatu gagasan) oleh orang yang dipimpinnya terutama pada jaman sebelum dicetuskannya istilah demokrasi atau berlakunya monarkhi (kekuasaan ditangan satu orang/Raja), kreatifitas akan menentukan corak pemerintahan dan struktur masyarakat tempo dulu yang merupakan “Sabda Raja” adalah hukum. Banyak terdapat dalam sejarah kerajaan yang jatuh tahtanya dikarenakan sang raja tidak memiliki kreatifitas atau disebutkan sebagai raja yang kurang pintar, karenanya dia mudah diombang ambingkan secara politis didalam istana kerajaannya sendiri sehingga musuh dari luar kerajaan mudah masuk, menyerang, bahkan menguasainya.
              Maka kreatifitas sang pemimpin sangat penting, hal ini identik dengan pemimpin yang cerdik, pandai, lihai, kreatifitasnya tinggi dengan gambaran sang pemimpin yang perkasa. Seorang pemimpin diibaratkan sebagai mataharinya dunia, seorang leader dianggap sebagai lampu (lentera) dalam kegelapan. Jika sang matahari tidak pernah terbit tentu dunia ini gelap, jika gelap tanpa lentera sedikitpun maka kita tidak pernah tahu arah, rupa, warna serta tetap dalam kegelapan yang tidak pernah diketahui apapun disekeliling kita. Gelap bagi manusia tentu dirasakan sebagai ketakutan.
                 Rasulullah sering dianggap sebagai penerang, lentera dan dianggap mataharinya dunia, suatui pujian dan pujaan karena pentingnya seorang pemimpin yang punya kreatifitas, memiliki keberanian, berani melawan arus zaman, berani mendobrak ke”jadul”an  yaitu kondisi tempo dulu yang tidak mau berubah, beku (dalam istilah arab disebut jumud). Kiranya kreatifitas merupakan syarat utama yang lain dari sebuah kepemimpinan. Secara manajerial jika leader tidak memiliki kreatifitas maka manajemen tidak dapat berjalan secara edial, bahkan manajemen mengalami hambatan dan secara ironis manajemen akan mengalami kegagalan.
    C. Aplikatif
Ide dan gagasan seorang pemimpin harus mampu diterjemahkan oleh bawahannya, setidak tidaknya dapat dijelaskan dengan baik sehingga gagasan cemerlang dapat diterapkan oleh orang dibaris kedua dan garis berikutnya sehingga manajemen berjalan dengan baik, dan sampai kepada bawahan paling akhirpun fungsi manajemen tetap jalan dan dapat terakomodasi segala kepentingan manajemen.
Polecy dari pimpinan akan mudah diterima  oleh orang yang dipimpinnya manakala gagasan  atau polecy itu aplikatif artinya semua orang yang ada dalam kendali kepemimpinannya dapat menerapkan hal hal yang menjadi kebijakan pemimpinnya. Ini menjadi kewajaran yang harus bagi seorang pemimpin dalam mengambil langkah langkah strategis dalam perjalanan roda manajerial. Kiranya yang dimaksud dengan kepala besar adalah kepala yang berisi otak yang produktif, bukan kepala yang berisi daging kulit yang dalam bahasa sehari hari “bak kepala sapi” yang enak jika digulai.
Namun kepala besar adalah kepala yang berisi otak yang dipenuhi dengan edialisasi pemikiran, kreatifitas, otak yang gagasannya aplikatif serta hal hal lain yang dijelaskan pada bagian berikutnya. Otak besar bukanlah semata bentuk batok kepala yang besar wujudnya semata namun kepala besar memiliki arti besarnya sebuah fungsi otak yang sangat angresif terhadap stimuli lahiriyah sehingga tanggapan otak dalam kepala cepat tanggap, cepat tereaksi oleh isi kepala dan cepat dicarikan aksi sehingga cepat mendapatkan solusi atau penyelesaian.
D. Perspektif
             Seorang leader berkepala besar sangat mudah  kita ingat  dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia mulai dari masa penjajahan, pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, reformasi, masa demokratisasi. Gagasan gagasan besar selalu muncul pada zamannya. Mereka memiliki perspektif yang spektakuler pada zaman itu ; masa penjajahan salah satu tokohnya adalah soekarno-Muh. Hatta yang memiliki perspektif tersendiri tentang bangsa Indonesia waktu itu, mereka memiliki pandangan Indonesia harus merdeka.
Pada masa kemerdekaan muncul zaman itu perspektif baru sebagai pemimpin diawal kemerdekaan dengan konsep “Indonesia macan asia” yang di gagas oleh “Bung Karno” yang pada saat itu Indonesia sangat disegani Negara Negara besar  di Asia,  apa lagi Negara kecil sebagai Negara boneka tidak akan berani merendahkan martabat bangsa Indonesia, Terbukti ketika terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia maka pada saat itu Bung Karno mengeluarkan maklumat “Gaanyang Malaysia” apa yang terjadi, maka Malaysia tidak berani melanjutkan konfrontasi dengan Indonesia.
          Munculnya orde baru berarti munculnya persepektif baru dalam mengisi kemerdekaan yaitu dengan konsep besarnya “PELITA” (pembangunan lima tahun) yaitu suatu konsep tumbuh dan berkembangnya seluruh aspek kehidupan bangsa Indonesia dalam berbangsa dan bernegara dalam cakupan IPOLEKSOSBUD (ideology, politik, social, budaya) serta HANKAMNAS (pertahanan keamanan secara nasional).
Ini adalah ide cemerlang Mister Soeharto, walaupun sebagaimana manusia biasa lainnya yang memiliki kekurangan, tetap Mr Soeharto adalah sang  maestro pembangunan pada zamannya. Grand sekenario Mr Soeharto mengedepankan kesejahteraan merata bagi masyarakat bangsa Indonesia, tentu semua pemimpin besar memiliki konsep dan memiliki perspektif tentang apa yang harus dilakukannya saat dia memimpin.
            Mr Habibi adalah tekhnokrat sejati  yang mengedepankan demokratisasi, seandainya Mr Habibi tidak memberikan ruang yang luas bagi demokrasi belum tentu kita memiliki kebebesan yang kita rasakan sekarang ini, bebas bicara, bebas punya karsa, bebas punya rasa dan kebebasan cipta. Keberadaan pemimpin pemimpin yang ber “Kepala Besar” sangat penting dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti sekarang ini. Peluang Demokrasi telah memberikan ruang yang luas untuk setiap orang merubah posisi social ekonomi dan social politiknya sehingga semua orang dapat peluang untuk maju, untuk merubah nasibnya selama dia mau lakukan dan bekerja keras. Rakyat yang dulunya bukan dalam kasta tinggi dengan peluang demokrasi itu dia dapat mengangkat harkatnya dan martabatnya ketingkat social politik yang tinggi.
            Mister GUS DUR (orang barat menyebutnya) sang penegak nilai nilai humanisasi (nilai kemanusian diangkat dalam junjungan tertinggi. Konsep kemanusiaan gus dur meletakkan nilai nilai kemanusian kedalam keadaan yang paling prinsip dalam kehidupan. Konsep ini mengedepankan persamaan hak dan kewajiban bagi setiap manusi yang hak hak nya harus diakui dan ditegakkan tanpa adanya diskriminasi (perbedaan perbedaan antara orang yang satu dengan orang yang lainnya). Nilai humanisasi inilah yang akan mengangkat harkat dan martabat manusia dalam keadaan yang sesungguhnya. Perspektif ini yang kiranya sangat menghargai dan menghormati setiap orang yang ada, Seseorang eksistensinya benar benar diakui tidak dianggap adanya seperti tidak adanya.
           Perspektif semacam inilah  sebenarnya merupakan emberio dan prototype dari sebuah keadilan, namun gagasan ideal, universal dan merupakan hakikat kemanusiaan dan keadilan ini tidak diterima oleh bangsa Indonesia karena perspektif ini diangga ide gila, dan banyak merugikan orang orang yang telah menduduki jabatan dengan kursi empuk yang jika digerakkan akan semakin terasa nikmatnya menduduki jabatan dengan memperoleh uang dengan cara yang mudah. Maka gagasan mewujudkan keadilan menyeluruh menjadi gagal karena adanya upaya yang sangat Bengal bagi para penikmat yang duduk di kursi nikmat. Perspektif GUS DUR sang humanis. Selamat bagimu sang Presiden dan pemimpin humanis.
        Perspektif tentang bangsa ini bagi Mister S B Y  saya kurang begitu mengerti, karena yang saya tahu adanya kasus CENTURY, Kasus Daging Sapi, kasus FATANA, secara spesifik SBY adalah pemimpin saya yang “Manis Senyumnya”, dengan sikap beliau yang selalu senyum. Menghadapi kasus “CENTURY” senyum, Menghadapi Kasus “SAPI” tersenyum. Dan menghadapi kasus “FATANA” juga tersenyum. Memang engkau mister murah senyum. Sehingga saya wajib ucapkan “I LOVE YOU Mr   S B Y”.
Senyum bukan merupakan pandangan namun lebih mengarah sikap “ kenapa menghadapi berbagai kasus disikapi dengan tersenyum, padahal selama ini mengemukakan propaganda “BERANTAS KORUPSI”, “GANYANG KORUPTOR”, apakah memang tidak berdaya mengambil sikap pada koruptor, ataukah memang koruptor merata dimana mana termasuk  disekeliling Mr  S B Y  (Susilo Bambang Yudoyono).
Tapi saya yakin pak SBY punya perspektif tentang koruptor untuk dibasmi, koruptor harus dihabisi, dan koruptor pada saatnya akan dihukum mati. HIDUP MR SBY !!!
            Yang berikutnya adalah IBUNDA MEGAWATI SOEKARNO PUTRI,  beliau sang ibu, keibuan sehingga perspeksi nya lebih cenderung halus, keibuan, tegas tapi tidak keras. Sang ibunda dan sang presidenku, dengan keibuannya ibu sangat perhatian kepada anak bangsamu waktu itu, hanya itu yang saya kenang. Oh ya konsep ibunda tentang gagasan data base bagi PNS yang sekarang telah mereka nikmati, sungguh ibunda telah berjasa bagi anak bangsa yang telah mengangkat derajat mereka. Terima kasih Ibunda saya mewakili mereka.
         Semua itu adalah gambaran perspektif para pemimpin yang mampu saya refres ulang sebagai bentuk ingatan tentang perspektif para pemimpin dari waktu ke waktu dan dari masa ke masa pada masa mereka semua. Seorang pemimpin harus memiliki perspektif menurut kelebihannya masing masing sebagai manivestasi keunggulan mereka sehingga mereka dinobatkan sebagai seorang leader. Dengan kata yang singkat seorang leader harus memiliki visi yang jelas dan memiliki misi misi yang terukur dan aplikatif (dapat diterapkan).
    E. Prospektif
                   Leadership atau konsep kepemimpinan haruslah mewajibkan bagi seorang pemimpin  untuk memiliki pandangan jauh dalam rangka mensejahterakan rakyatnya dan seorang atau orang orang yang dalam tanggung jawab kepemimpinannya. Pemimpin haruslah memiliki kemampuan untuk membaca, mencari dan memanfaatkan peluang tentang prospek (keadaan masa mendatang) dengan kemahiran untuk memperkirakan masa  masa yang akan datang, menafsir serta dapat mencari peluang mana yang memmungkinkan untuk dikembangkan, membuat perkiraan mana yang akan memiliki dampak yang sangat luas, membuat suatu jaringan yang akan menciptakan dukungan untuk maju. Dengan demikian prospek masa yang akan datang dapat diambil sebagai peluang besar menuju tercapainya tujuan dengan diperuntukkan sebagai grand scenario kesekjahteraan bersama.
                 Inilah yang disebut dengan kemampuan prospektif bagi seorang leader dalam menggerakkan roda manajerial. Keberhasilan secara manajerial tidak begitu saja datang menjemput kita. Kita harus menjemput kesempatan itu untuk proaktif (bergerak lebih dahulu) melalui perencanaan, aktualisasi diri (melaksanakan perencanaan yang ada), menimbang dan memilih segala sesuatu dari rencana yang kita bikin sudahkah sesuai dengan apa yang kita ingin capai, sesuatu yang memiliki manfaat lebih akan kita jadikan pedoman dalam pelaksanaan berikutnya dan pengalaman kegagalan dalam pelaksanaan dijadikan peringatan dalam melaksanakan sesuatu berikutnya untuk dijadikan worning (sesuatu mementum atau peringatan untuk tidak mengalami kegagalan yang kedua kalinya), dengan melakukan pengkajian pengkajian mana hal yang sukses dan mana hal yang menyebabkan kegagalan. Disamping itu harus memiliki kemampuan menganalisis berapa bugjed yang harus tersedia dalam mencapai tujuan tersebut.
                 Dengan demikian prospek dari suatu pergerakan manajerial berjalan dengan sukses sebagai bentuk dari kemampuan seorang leader dalam membaca PROSPEK masa depan dari adanya peluang, tantangan serta hambatannya yang ditimbulkan oleh adanya perencanaan manajerial yang merupakan konsekwensi dari keinginan untuk maju yang lebih cepat dari perkiraan wajar dalam hitungan waktu dan kualitas.
      Hal semacam ini hanya dimiliki oleh seorang leader yang memiliki “KEPALA BESAR” namun tidak dimiliki bagi seorang leader yang “BESAR KEPALA”, Tuhan yang Maha Tahu seorang leader itu memiliki kepala besar ataukah besar kepala.
    F. Wisdom
        Kebijaksanaan dalam bahasa yang sangat arif diibaratkan sebagai “KOLONI LEBAH MADU” , dimana saja dia hinggap tidak ada satu rantingpun pohon yang dihinggapi terpatah, rusak dan porak poranda. Dia selalu menghisap bunga dan lainnya tidak mau, yang dia tahu hanya bunga sesuatu yang wangi saja dan berbeda dengan lalat yang dia tahu hanya bau busuk saja sangat kontradiksi keadaan antara lalat dengan lebah madu. Tetapi keduanya diciptakan Tuhan saling memiliki manfaat “Tuhanku tidak ada sesuatu yang kamu ciptakan itu dalam keadaan sia sia”. Lalat membawa bakteri sebagai zat pengurai, sedangkan lebah madu membawa obat secara alamiah. Maka ini merupakan gambaran tentang “WISDOM atau KEBIJAKSANAAN”.
      Pemimpin yang hebat dan sukses adalah pemimpin yang dapat melaksanakan pokok pokok manajerial serta memiliki sifat yang arif dan bijaksana. Arif sebagai manusia dia selalu menjunjung tinggi kemanusiaan (humanis), bijaksana sebagai manifestasi sifat yang selalu tepat dalam mengambil sesuatu langkah dengan tanpa masalah dan tanpa ada orang yang dirugikan. Tidak memanfaatkan kesempitan didalam kesempatan. Selalu mengambil langkah yang seimbang antara hak dan kewajiban tanpa adanya tirani (kedzaliman) terhadap orang lain. Seorang leader yang perkasa adalah seorang pemimpin yang sangat erat hatinya dengan anak buahnya,  yaitu memiliki kedekatan yang bisa saling mendengar, menghargai, dan memperhatikan bukan malah terjadi penindasan. Hal ini merupakan cakupan kata “WISDOM atau KEBIJAKSANAAN’. Tentunya ini sulit dilakukan namun kita wajib untuk belajar, membiasakan serta menaklukkan sifat diri yang didalamnya terdapat sifat keangkara murkaan.
Orang yang memiliki kebijaksanaan lebih produktif mengenai hal hal positif dan sangat minimal memproduksi hal hal keangkara murkaan. Sulit memang untuk mempraktikkan dan memperoleh kebijaksanaan karena hal itu merupakan intuisi (ilham) yang turun dan diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tetapi itu harus kita cari. Sulit karenanya nilainya sangat tinggi bak sebuah berlian mencarinya susah kalau ada sangat mahal maka menebusnya harus dilakukan dengan susah payah yang tidak setiap orang bisa. Tuhan telah berfirman “Barangsiapa seseorang yang mendapatkan wisdom/kebijaksanaan dia akan memiliki memiliki kebaikan yang sangat banyak”.
Jika seorang leader tidak memiliki kebijaksanaan maka dia akan menjadi seorang pemimpin yang dzalim, penindas, merugikan serta membuat nasib orang yang dipimpinnya segsara dengan demikian itu menjadi penyebab  akan terjadinya tirani bagi umat manusia.
Sesungguhnya tirani atau kedzaliman pada masa berikutnya akan memancing timbulnya perlawanan, permusuhan dan mungkin akan terjadi suasana yang tidak menyenangkan bahkan akan timbul kerusuhan dan anarkhis karena prinsip prinsip kemanusiaan telah dilanggar dan ditindas hak azazinya.
G. Leader efektif
              Seorang pemimpin didalam  menjalankan kepemimpinannya dikatakan efektif (kena sasarannya) setidak tidaknya memiliki  tiga persyaratan wajib : yaitu 1). Memiliki kapasitas sebagai pemimpin 2). Akceptabilitas (penerimaan terhadap dirinya sebagai pemimpin tinggi bahkan mayoritas) 3).  Melakukan Komunikasi (menjebatani antara dirinya sebagai seorang leder dengan yang dipimpinnya), koordinasi  (pemimpin dapat melakukan kerja bersama sama dengan orang yang dipimpinnya), serta pemimpin dapat melakukan  koorporasi (bekerja secara koloni/berkelompok dengan orang yang dipimpin secara serta merta dan membaur)  dan   akuntabilitasnya  (dapat dipertanggung jawabkan kebenaran seorang pemimpin) sehingga menimbulkan trust (mendapatkan kepercayaan yang tinggi) dari para pengikutnya.
Memiliki kapasitas berarti seorang pemimpin memiliki spesifikasi yang menjadi syarat utama sebagai pemimpin sehingga tidak akan dijadikan bulan bulanan bagi orang yang secara structural ada dibawahnya. Dia memang mampu memimpin dan dapat menjalankan fungsi fungsi manajerial.
            Gambaran tentang pemimpin yang efektif   adalah pemimpin yang memiliki kepala besar dengan dipenuhi berbagai talenta (bakat bakat kepemimpinan) bukan kepala besar karena mengidap penyakit hedrospalus (pembengkakan kelenjar kepala),  namun pemimpin yang memiliki kekuatan kepribadian ; menarik, berwibawa, dapat diterima, pandai melakukan koordinasi lintas sector, mudah melakukan koorporasi dan mudah diterima kelompok manapun dan dimanapun serta dapat diterima berbagai golongan baik politik maupun social karena dia memiliki kecakapan leader yang handal. Maka inilah gambaran tentang kepala besar dengan gagasan yang mercusuar.
            Pemimpin semacam ini mudah sekali mendapatkan legalisasi dari para pengikutnya sebagai pemimpin yang disegani, dihormati bahkan bisa bisa menimbulkan kepemimpinan yang taassub (pengkultusan) terhadap pemimpinnya sehingga dia dinobatkan dan dianggap orang suci (wali) ataupun gelar gelar kesucian.
Maka dengan demikian masyarakat tidak boleh terklalu mensucikan pemimpinnya walau pemimpin itu sangat baik, sangat berwibawa dan sangat dihormati dan diagungkan. Demikian ini malah menjadikan seorang leader tidak  sampai pada tujuan yang diinginkan dalam membangun masyarakatnya.
               Maka dengan demikian “Kita adalah pemimpin bagi diri sendiri, mungkin diantara kita adalah pemimpin bagi orang lain; pemimpin daerah dan sector, pemimpin nasional, bahkan pemimpin moral, mari kita tegakkan manajerial yang menyenangkan sehingga timbul trust (kepercayaan) dari para manusia yang kita pimpin/rakyat”
H. Kesimpulan
Gagasan  gagasan besar hanya bisa dilakukan oleh orang yang berkepala besar (yang berisi tentang idealisasi, gagasan kontruksi manajerial, innovasi, demokratisasi bukan radikalisasi, bahkan humanisasi, dan moralis. Maka pemimpin pemimpin terdahulu dikatakan  sebagai pemimpin suci dikarenakan fungsi manajerial  dapat dipercaya dan secara hipnotis dapat menimbulkan daya tarik bagi orang yang dipimpinnya dan dapat melahirkan trust (kepercayaan) sehingga disebut pemimpin suci. Pada saat itu pemimpin pemimpin itu sering diejek oleh orang yang berkhianat dengan ejekan sang “Penyihir”.
Ini terbukti  pada zaman kepemimpinan  kita dipegang  oleh para Nabi dan Para Rasul yang memiliki spesifikasi sifat sifat pujaan yang berupa ; dia menyampaikan apa yang menjadi kebenaran baik kebenaran material maupun kebaikan social, spiritual dan kebaikan moral. Dalam bahasa agama disebut tabligh ( penyampai kebenaran) atau dengan istilah lain komunikasi dengan orang yang dipimpin dengan tanpa dikorupsi.
 Keberadaan sifat lain dari pemimpin suci adalah fathonah (genius) sehingga dia pemimpin tersebut memiliki berbagai talenta (bakat memimpin) dengan berbagai kecerdasan kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan social, kecerdasan emosional, serta kecerdasan spiritual.
            Trust (dapat dipercaya) merupakan keharusan kondisi daris eorang pemimpin, apabila pemimpin sudah itdak memiliki kepercayaan didepan orang yang dipimpin maka seorang pemimpin itu seperti seorang pemain sepak bola yang ada dilapangan sendirian dan tanpa penonton. Jika keadaan pemimpin itu demikian maka seorang pemimpin tidak berarti lagi, dia tidak berguna, dia tidak ada yang memperhatikannya bahkan dia dianggap tidak ada “Adanya seperti tidak ada” dalam bahasa agama disut “Wujuduhu Kaadamihi’, ironis kalau demikian. Maka seorang pemimpin harus brsih dari sifat sifat tercela supaya mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya istilah ini berpadabn dengan istilah “Amanah”.
            Seorang pemimpin akan mendapatkan kepercayaan dari rakyat manakala pemimpin tersebut memiliki sifat “benar tanpa melanggar”, yang dalam pergaulan dapat diperjelas dengan sikap benar bicaranya tanpa kebohongan, benar prilakunya tanpa penyimpangan, benar kejujurannya tanpa pencurian, benar  mengemban amanatnya tanpa korupsi (menghilangkan atau mengurangi sedikit maupun seluruhnya).
Jika demikian maka seseorang akan mendapatkan kepercayaan, rakyat tidak kawatir negaranya akan diperjual belikan, orang yang dipimpinnya tidak akan kawatir harta Negara akan di “Entitnya”, para pengikutnya tidak akan merasa was was  akan masa depannya dan keselamatannya karena pemimpinnya  “Benar”.
           Rupanya kebenaran itulah yang menjadi pangkal dari segala sifat sifat terpuji yang lain dalam leadership yang akan didambakan manusia penghuni dunia dengan harapan hidup aman sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa agama mengatakan : “Suatu negeri yang indah dalam lindungan dan selalu dalam ampunan Tuhan”.
Semoga kita termasuk manusia yang mengemban amanat kepemimpinan yang selalu yakin bahwa itu amanat dari Tuhan yang harus dijalankan dengan benar tanpa penyimpangan. Amin. Salam sejahtera dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar