Kebenaranlah yang menjadi
pangkal dari segala sifat sifat terpuji yang lain dalam leadership yang akan
didambakan manusia penghuni dunia dengan harapan hidup aman sejahtera dan
selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha Esa. Bahasa agama mengatakan : “Suatu
negeri yang indah dalam lindungan dan selalu dalam ampunan Tuhan”. Semoga kita
termasuk manusia yang mengemban amanat kepemimpinan yang selalu yakin bahwa itu
amanat dari Tuhan yang harus dijalankan dengan benar tanpa penyimpangan. Amin.
KECIL
BADAN KEPALA BESAR
oleh : Ahmadi Yasin
Suatu ketika saya bertemu dengan
seseorang yang tampangnya tidak menarik, lusuh tubuhnya, kerempeng tampangnya,
sekilas dia tidak terlihat apa apa apalagi ada apanya. Wah saya penasaran untuk
menghampirinya sekedar untuk bincang bincang. Dia berbicara menyapa dengan
penuh persaudaraan sesama manusia, kata hati saya ooh orang ini memiliki
pandangan hidup humanis (menjunjung tinggi tentang harkat kemanusiaan), lalu
saya teruskan berbicara dia menyinggung tentang hal hal lain termasuk moral,
dia bertanya baik mana orang yang tidak berbaju dengan berbaju tapi tidak
sempurna, jawab saya dalam hati baik tidak berbaju karena orang tidak berbaju
akal, pikiran dan hatinya sudah tidak berguna artinya sableng, edan dan bahkan
sudah gila. Lalu la kalau orang berbaju tapi tidak sempurna kan akal, pikiran
dan hatinya berfungsi namun mungkin cari sensasi, ingin mendapatkan perhatian
atau mencari sesuatu untuk mendapatkan komisi (imbalan atas apa yang ia lakukan),
kata hati saya ooh orang ini moralis. Orang mengatakan hal ini ooh orang rusak
kali (rusak prilakunya).
Ternyata semakin berbincang dengan
orang tersebut tambah menarik, saya berkata dalam hati penting mana sih antara
casing (tutup luar) dengan kepribadian. Hati saya berkata penting kepribadian,
benar tidak ya. Saya berulang ulang untuk mempertanyakan pada diri saya sendiri
ternyata bahwa casing dan kepribadian itu yang lebih penting adalah
kepribadian. Akhirnya diskusi saya berjalan dalam waktu yang lama dan sampai
pada pertanyaan tentang istilah yang benar itu “badan besar atau besar badan”
hati saya menjawab kalau itu sih sama artinya. Lalu bicara lagi tentang istilah
yang benar “Kepala besar atau besar kepala”, hati saya berkata kalau yang satu
ini jelas sangat berbeda artinya. Kepala besar itu kepala gajah, kepala sapi,
kepala kerbau dan lainnya, merupakan
jenis hewan yang memiliki kepala besar. Namun kalau besar kepala berarti
terkandung makna sinistis (pelecehan
terhadap orang yang mendapat julukan itu) yaitu orang orang sombong atau orang
yang menyombongkan dirinya.
Sesungguhnya makna itu terdapat
dua pengertian implisit dan eksplisit (arti sebenarnya dan arti yang tidak
sesungguhnya), arti yang sebenarnya telah jelas kiranya namun pengertian yang
tidak sesungguhnya adalah kata “badan besar atau besar badan memiliki arti
sama”, terlihat beda jika digabung
dengan kata lain semisal “besar badan atau
badan besar + kepala udang”, sungguh memiliki makna yang ironis sekali.
Sebuah illustrasi dari kalimat “badan
kecil kepala besar ” adalah bahwa pawer (kekuatan) manusia tidak semata
tergambar dari yang terpancar dari
luarnya saja (casing), namun kekuatan itu akan terpancar pula dari
kepribadiannya (attitude) nya. Terlebih lebih lagi dia seorang leader yang akan
memiliki tugas tugas sebagai leadership (kepemimpinan). Seorang pemimpin tidak
bisa dilihat dari edial secara pisik semata ; tampan, tinggi, bersih, hansem,
atau bagi perempuan ; tinggi semampai, cantik, putih, mancung hidungnya atau
actris body (perawakan artis), itu tidak cukup, persyaratan lain adalah
berkepala besar. Ini adalah persyaratan yang teramat prinsip. Apakah dalam
manajemen telah menentukan persyaratan utama dan prinsip dalam memiliih seorang pemimpin dengan
berbasis “Berkepala besar”. Jawab saya tidak tahu pasti, namun jawaban saya
dalam hati pemimpin haruslah memiliki kepala besar dengan makna eksplisit
(genius atau setidaknya sangat pandai). Menurut pendapat saya seorang leader harus
dipilih dengan beberapa criteria dan dalam keadaan yang sangat edial diantaranya :
A. Ideal ini
termasuk didalamnya punya sikap yang edialis (yaitu memilih sesuatu yang terbaik menurut dirinya dan orang
lain).
Secara ideal leadhership itu
harus memiliki persyaratan yang sempurna baik secara fisik maupun psikis
sehingga power (kemampuan) seorang pemimpin itu penuh (power full) boleh
dibilang dengan pembahasaan “badan besar kepala besar” tidak seperti sindiran
ironis “badan besar kepala udang” tentu kata ini akan merendahkan martabat
seseorang sebagai pemimpin.
Maka seorang pemimpin harus
memiliki mimpi mimpi dan ide ide brillian (ide ide cemerlang) yaitu gagasan
gagasan yang terbaik untuk dilakukan dalam mengemban tugas dan amanat yang
telah diterimanya sebagai jabatan yang pada saatnya akan bertanggung jawab
kepada dirinya sendiri dengan pertanggung jawaban hati nuraninya, juga
pertanggung jawaban terhadap Tuhan nya karena hidup ini hanya diperuntukkan
Tuhan tidak ada yang lain. Tuhan sebagai penyebab pertama dan penyebab utama
dari segala sesuatu yang ada. Termasuk jabatan itu sendiri.
Bahkan kalau kita menyimak
sejarah pemimpin pemimpin dahulu seperti para orang suci (nabi) serta penggagas
madernisasi dari sebuah peradaban jika dipikir waktu dahulu ide idenya yang
sekarang dianggap brilian (sangat cemerlang) dahulu dianggap ide gila atau
orangnya sering disebut “Gila” seperti para orang suci ketika dihadapan para
pengikutnya yang ingkar seperti ide “Nuh” membikin perahu karena akan datangnya
air bah, kejadian isra’ dan mi’raj Rasulullah perjalanan semalam yang menempuh
perjalanan dari makkah menuju palestina dan diteruskan naiknya beliau sampai ke
langit tujuh, mereka yang tidak percaya mengatakan gila. Demikian juga “ Thomas
Alfa Edison” yang berfikir terciptanya “lampu pijar” seperti sekarang ini. Pada
saat itu dia dianggap orang “G I l a” , yang konon katanya dia melakukan
eksperimen sampai 499 kali baru dapat membuktikan anggapan gila berubah
anggapan orang yang memiliki kecerdasan yang sempurna (Genius).
B.
Kreatif
Kreatifitas seorang leader
secara structural akan memiliki legalitas yang besar serta memiliki akseptabilitas (diterimanya
suatu gagasan) oleh orang yang dipimpinnya terutama pada jaman sebelum
dicetuskannya istilah demokrasi atau berlakunya monarkhi (kekuasaan ditangan
satu orang/Raja), kreatifitas akan menentukan corak pemerintahan dan struktur
masyarakat tempo dulu yang merupakan “Sabda Raja” adalah hukum. Banyak terdapat
dalam sejarah kerajaan yang jatuh tahtanya dikarenakan sang raja tidak memiliki
kreatifitas atau disebutkan sebagai raja yang kurang pintar, karenanya dia
mudah diombang ambingkan secara politis didalam istana kerajaannya sendiri
sehingga musuh dari luar kerajaan mudah masuk, menyerang, bahkan menguasainya.
Maka kreatifitas sang pemimpin
sangat penting, hal ini identik dengan pemimpin yang cerdik, pandai, lihai,
kreatifitasnya tinggi dengan gambaran sang pemimpin yang perkasa. Seorang
pemimpin diibaratkan sebagai mataharinya dunia, seorang leader dianggap sebagai
lampu (lentera) dalam kegelapan. Jika sang matahari tidak pernah terbit tentu
dunia ini gelap, jika gelap tanpa lentera sedikitpun maka kita tidak pernah
tahu arah, rupa, warna serta tetap dalam kegelapan yang tidak pernah diketahui
apapun disekeliling kita. Gelap bagi manusia tentu dirasakan sebagai ketakutan.
Rasulullah sering dianggap
sebagai penerang, lentera dan dianggap mataharinya dunia, suatui pujian dan
pujaan karena pentingnya seorang pemimpin yang punya kreatifitas, memiliki
keberanian, berani melawan arus zaman, berani mendobrak ke”jadul”an yaitu kondisi tempo dulu yang tidak mau
berubah, beku (dalam istilah arab disebut jumud). Kiranya kreatifitas merupakan
syarat utama yang lain dari sebuah kepemimpinan. Secara manajerial jika leader
tidak memiliki kreatifitas maka manajemen tidak dapat berjalan secara edial,
bahkan manajemen mengalami hambatan dan secara ironis manajemen akan mengalami
kegagalan.
C. Aplikatif
Ide dan gagasan
seorang pemimpin harus mampu diterjemahkan oleh bawahannya, setidak tidaknya
dapat dijelaskan dengan baik sehingga gagasan cemerlang dapat diterapkan oleh
orang dibaris kedua dan garis berikutnya sehingga manajemen berjalan dengan
baik, dan sampai kepada bawahan paling akhirpun fungsi manajemen tetap jalan
dan dapat terakomodasi segala kepentingan manajemen.
Polecy dari
pimpinan akan mudah diterima oleh orang
yang dipimpinnya manakala gagasan atau
polecy itu aplikatif artinya semua orang yang ada dalam kendali kepemimpinannya
dapat menerapkan hal hal yang menjadi kebijakan pemimpinnya. Ini menjadi
kewajaran yang harus bagi seorang pemimpin dalam mengambil langkah langkah
strategis dalam perjalanan roda manajerial. Kiranya yang dimaksud dengan kepala
besar adalah kepala yang berisi otak yang produktif, bukan kepala yang berisi
daging kulit yang dalam bahasa sehari hari “bak kepala sapi” yang enak jika
digulai.
Namun kepala besar
adalah kepala yang berisi otak yang dipenuhi dengan edialisasi pemikiran,
kreatifitas, otak yang gagasannya aplikatif serta hal hal lain yang dijelaskan
pada bagian berikutnya. Otak besar bukanlah semata bentuk batok kepala yang
besar wujudnya semata namun kepala besar memiliki arti besarnya sebuah fungsi
otak yang sangat angresif terhadap stimuli lahiriyah sehingga tanggapan otak
dalam kepala cepat tanggap, cepat tereaksi oleh isi kepala dan cepat dicarikan
aksi sehingga cepat mendapatkan solusi atau penyelesaian.
D. Perspektif
Seorang leader berkepala
besar sangat mudah kita ingat dalam sejarah perjalanan bangsa Indonesia
mulai dari masa penjajahan, pra kemerdekaan, masa kemerdekaan, reformasi, masa
demokratisasi. Gagasan gagasan besar selalu muncul pada zamannya. Mereka
memiliki perspektif yang spektakuler pada zaman itu ; masa penjajahan salah
satu tokohnya adalah soekarno-Muh. Hatta yang memiliki perspektif tersendiri
tentang bangsa Indonesia waktu itu, mereka memiliki pandangan Indonesia harus
merdeka.
Pada masa kemerdekaan muncul zaman itu
perspektif baru sebagai pemimpin diawal kemerdekaan dengan konsep “Indonesia
macan asia” yang di gagas oleh “Bung Karno” yang pada saat itu Indonesia sangat
disegani Negara Negara besar di Asia, apa lagi Negara kecil sebagai Negara boneka
tidak akan berani merendahkan martabat bangsa Indonesia, Terbukti ketika
terjadinya konfrontasi Indonesia-Malaysia maka pada saat itu Bung Karno
mengeluarkan maklumat “Gaanyang Malaysia” apa yang terjadi, maka Malaysia tidak
berani melanjutkan konfrontasi dengan Indonesia.
Munculnya orde baru berarti munculnya persepektif baru dalam mengisi
kemerdekaan yaitu dengan konsep besarnya “PELITA” (pembangunan lima tahun)
yaitu suatu konsep tumbuh dan berkembangnya seluruh aspek kehidupan bangsa
Indonesia dalam berbangsa dan bernegara dalam cakupan IPOLEKSOSBUD (ideology,
politik, social, budaya) serta HANKAMNAS (pertahanan keamanan secara nasional).
Ini adalah ide cemerlang Mister Soeharto,
walaupun sebagaimana manusia biasa lainnya yang memiliki kekurangan, tetap Mr
Soeharto adalah sang maestro pembangunan
pada zamannya. Grand sekenario Mr Soeharto mengedepankan kesejahteraan merata
bagi masyarakat bangsa Indonesia, tentu semua pemimpin besar memiliki konsep
dan memiliki perspektif tentang apa yang harus dilakukannya saat dia memimpin.
Mr Habibi adalah tekhnokrat sejati
yang mengedepankan demokratisasi, seandainya Mr Habibi tidak memberikan
ruang yang luas bagi demokrasi belum tentu kita memiliki kebebesan yang kita rasakan
sekarang ini, bebas bicara, bebas punya karsa, bebas punya rasa dan kebebasan
cipta. Keberadaan pemimpin pemimpin yang ber “Kepala Besar” sangat penting
dalam kehidupan berbangsa dan bernegara seperti sekarang ini. Peluang Demokrasi
telah memberikan ruang yang luas untuk setiap orang merubah posisi social
ekonomi dan social politiknya sehingga semua orang dapat peluang untuk maju,
untuk merubah nasibnya selama dia mau lakukan dan bekerja keras. Rakyat yang
dulunya bukan dalam kasta tinggi dengan peluang demokrasi itu dia dapat
mengangkat harkatnya dan martabatnya ketingkat social politik yang tinggi.
Mister GUS DUR (orang barat menyebutnya) sang penegak nilai nilai
humanisasi (nilai kemanusian diangkat dalam junjungan tertinggi. Konsep kemanusiaan
gus dur meletakkan nilai nilai kemanusian kedalam keadaan yang paling prinsip
dalam kehidupan. Konsep ini mengedepankan persamaan hak dan kewajiban bagi
setiap manusi yang hak hak nya harus diakui dan ditegakkan tanpa adanya
diskriminasi (perbedaan perbedaan antara orang yang satu dengan orang yang
lainnya). Nilai humanisasi inilah yang akan mengangkat harkat dan martabat
manusia dalam keadaan yang sesungguhnya. Perspektif ini yang kiranya sangat
menghargai dan menghormati setiap orang yang ada, Seseorang eksistensinya benar
benar diakui tidak dianggap adanya seperti tidak adanya.
Perspektif semacam inilah sebenarnya
merupakan emberio dan prototype dari sebuah keadilan, namun gagasan ideal,
universal dan merupakan hakikat kemanusiaan dan keadilan ini tidak diterima
oleh bangsa Indonesia karena perspektif ini diangga ide gila, dan banyak
merugikan orang orang yang telah menduduki jabatan dengan kursi empuk yang jika
digerakkan akan semakin terasa nikmatnya menduduki jabatan dengan memperoleh
uang dengan cara yang mudah. Maka gagasan mewujudkan keadilan menyeluruh
menjadi gagal karena adanya upaya yang sangat Bengal bagi para penikmat yang
duduk di kursi nikmat. Perspektif GUS DUR sang humanis. Selamat bagimu sang
Presiden dan pemimpin humanis.
Perspektif tentang bangsa ini bagi Mister S B Y saya kurang begitu mengerti, karena yang saya
tahu adanya kasus CENTURY, Kasus Daging Sapi, kasus FATANA, secara spesifik SBY
adalah pemimpin saya yang “Manis Senyumnya”, dengan sikap beliau yang selalu
senyum. Menghadapi kasus “CENTURY” senyum, Menghadapi Kasus “SAPI” tersenyum.
Dan menghadapi kasus “FATANA” juga tersenyum. Memang engkau mister murah
senyum. Sehingga saya wajib ucapkan “I LOVE YOU Mr S B Y”.
Senyum bukan merupakan pandangan namun
lebih mengarah sikap “ kenapa menghadapi berbagai kasus disikapi dengan
tersenyum, padahal selama ini mengemukakan propaganda “BERANTAS KORUPSI”,
“GANYANG KORUPTOR”, apakah memang tidak berdaya mengambil sikap pada koruptor,
ataukah memang koruptor merata dimana mana termasuk disekeliling Mr S B Y
(Susilo Bambang Yudoyono).
Tapi saya yakin pak SBY punya perspektif
tentang koruptor untuk dibasmi, koruptor harus dihabisi, dan koruptor pada
saatnya akan dihukum mati. HIDUP MR SBY !!!
Yang berikutnya adalah IBUNDA MEGAWATI SOEKARNO PUTRI, beliau sang ibu, keibuan sehingga perspeksi
nya lebih cenderung halus, keibuan, tegas tapi tidak keras. Sang ibunda dan
sang presidenku, dengan keibuannya ibu sangat perhatian kepada anak bangsamu
waktu itu, hanya itu yang saya kenang. Oh ya konsep ibunda tentang gagasan data
base bagi PNS yang sekarang telah mereka nikmati, sungguh ibunda telah berjasa
bagi anak bangsa yang telah mengangkat derajat mereka. Terima kasih Ibunda saya
mewakili mereka.
Semua itu adalah gambaran perspektif para pemimpin yang mampu saya
refres ulang sebagai bentuk ingatan tentang perspektif para pemimpin dari waktu
ke waktu dan dari masa ke masa pada masa mereka semua. Seorang pemimpin harus
memiliki perspektif menurut kelebihannya masing masing sebagai manivestasi
keunggulan mereka sehingga mereka dinobatkan sebagai seorang leader. Dengan
kata yang singkat seorang leader harus memiliki visi yang jelas dan memiliki
misi misi yang terukur dan aplikatif (dapat diterapkan).
E. Prospektif
Leadership atau konsep
kepemimpinan haruslah mewajibkan bagi seorang pemimpin untuk memiliki pandangan jauh dalam rangka
mensejahterakan rakyatnya dan seorang atau orang orang yang dalam tanggung
jawab kepemimpinannya. Pemimpin haruslah memiliki kemampuan untuk membaca,
mencari dan memanfaatkan peluang tentang prospek (keadaan masa mendatang)
dengan kemahiran untuk memperkirakan masa
masa yang akan datang, menafsir serta dapat mencari peluang mana yang
memmungkinkan untuk dikembangkan, membuat perkiraan mana yang akan memiliki
dampak yang sangat luas, membuat suatu jaringan yang akan menciptakan dukungan
untuk maju. Dengan demikian prospek masa yang akan datang dapat diambil sebagai
peluang besar menuju tercapainya tujuan dengan diperuntukkan sebagai grand
scenario kesekjahteraan bersama.
Inilah yang disebut dengan
kemampuan prospektif bagi seorang leader dalam menggerakkan roda manajerial.
Keberhasilan secara manajerial tidak begitu saja datang menjemput kita. Kita
harus menjemput kesempatan itu untuk proaktif (bergerak lebih dahulu) melalui
perencanaan, aktualisasi diri (melaksanakan perencanaan yang ada), menimbang
dan memilih segala sesuatu dari rencana yang kita bikin sudahkah sesuai dengan
apa yang kita ingin capai, sesuatu yang memiliki manfaat lebih akan kita
jadikan pedoman dalam pelaksanaan berikutnya dan pengalaman kegagalan dalam
pelaksanaan dijadikan peringatan dalam melaksanakan sesuatu berikutnya untuk
dijadikan worning (sesuatu mementum atau peringatan untuk tidak mengalami
kegagalan yang kedua kalinya), dengan melakukan pengkajian pengkajian mana hal
yang sukses dan mana hal yang menyebabkan kegagalan. Disamping itu harus
memiliki kemampuan menganalisis berapa bugjed yang harus tersedia dalam
mencapai tujuan tersebut.
Dengan demikian prospek dari
suatu pergerakan manajerial berjalan dengan sukses sebagai bentuk dari
kemampuan seorang leader dalam membaca PROSPEK masa depan dari adanya peluang,
tantangan serta hambatannya yang ditimbulkan oleh adanya perencanaan manajerial
yang merupakan konsekwensi dari keinginan untuk maju yang lebih cepat dari
perkiraan wajar dalam hitungan waktu dan kualitas.
Hal semacam ini hanya dimiliki oleh
seorang leader yang memiliki “KEPALA BESAR” namun tidak dimiliki bagi seorang
leader yang “BESAR KEPALA”, Tuhan yang Maha Tahu seorang leader itu memiliki
kepala besar ataukah besar kepala.
F. Wisdom
Kebijaksanaan dalam bahasa yang sangat
arif diibaratkan sebagai “KOLONI LEBAH MADU” , dimana saja dia hinggap tidak
ada satu rantingpun pohon yang dihinggapi terpatah, rusak dan porak poranda.
Dia selalu menghisap bunga dan lainnya tidak mau, yang dia tahu hanya bunga
sesuatu yang wangi saja dan berbeda dengan lalat yang dia tahu hanya bau busuk
saja sangat kontradiksi keadaan antara lalat dengan lebah madu. Tetapi keduanya
diciptakan Tuhan saling memiliki manfaat “Tuhanku tidak ada sesuatu yang kamu ciptakan itu dalam
keadaan sia sia”. Lalat membawa bakteri sebagai zat pengurai,
sedangkan lebah madu membawa obat secara alamiah. Maka ini merupakan gambaran
tentang “WISDOM atau KEBIJAKSANAAN”.
Pemimpin yang hebat dan sukses adalah
pemimpin yang dapat melaksanakan pokok pokok manajerial serta memiliki sifat
yang arif dan bijaksana. Arif sebagai manusia dia selalu menjunjung tinggi
kemanusiaan (humanis), bijaksana sebagai manifestasi sifat yang selalu tepat
dalam mengambil sesuatu langkah dengan tanpa masalah dan tanpa ada orang yang
dirugikan. Tidak memanfaatkan kesempitan didalam kesempatan. Selalu mengambil
langkah yang seimbang antara hak dan kewajiban tanpa adanya tirani (kedzaliman)
terhadap orang lain. Seorang leader yang perkasa adalah seorang pemimpin yang
sangat erat hatinya dengan anak buahnya,
yaitu memiliki kedekatan yang bisa saling mendengar, menghargai, dan
memperhatikan bukan malah terjadi penindasan. Hal ini merupakan cakupan kata “WISDOM atau KEBIJAKSANAAN’.
Tentunya ini sulit dilakukan namun kita wajib untuk belajar, membiasakan serta
menaklukkan sifat diri yang didalamnya terdapat sifat keangkara murkaan.
Orang yang memiliki
kebijaksanaan lebih produktif mengenai hal hal positif dan sangat minimal
memproduksi hal hal keangkara murkaan. Sulit memang untuk mempraktikkan dan
memperoleh kebijaksanaan karena hal itu merupakan intuisi (ilham) yang turun
dan diberikan oleh Tuhan Yang Maha Esa, tetapi itu harus kita cari. Sulit
karenanya nilainya sangat tinggi bak sebuah berlian mencarinya susah kalau ada
sangat mahal maka menebusnya harus dilakukan dengan susah payah yang tidak
setiap orang bisa. Tuhan telah berfirman “Barangsiapa seseorang yang mendapatkan wisdom/kebijaksanaan
dia akan memiliki memiliki kebaikan yang sangat banyak”.
Jika seorang leader
tidak memiliki kebijaksanaan maka dia akan menjadi seorang pemimpin yang
dzalim, penindas, merugikan serta membuat nasib orang yang dipimpinnya segsara
dengan demikian itu menjadi penyebab
akan terjadinya tirani bagi umat manusia.
Sesungguhnya tirani atau kedzaliman pada
masa berikutnya akan memancing timbulnya perlawanan, permusuhan dan mungkin
akan terjadi suasana yang tidak menyenangkan bahkan akan timbul kerusuhan dan anarkhis
karena prinsip prinsip kemanusiaan telah dilanggar dan ditindas hak azazinya.
G. Leader efektif
Seorang pemimpin didalam menjalankan kepemimpinannya dikatakan efektif
(kena sasarannya) setidak tidaknya memiliki
tiga persyaratan wajib : yaitu 1). Memiliki kapasitas sebagai pemimpin
2). Akceptabilitas (penerimaan terhadap dirinya sebagai pemimpin tinggi bahkan
mayoritas) 3). Melakukan Komunikasi
(menjebatani antara dirinya sebagai seorang leder dengan yang dipimpinnya),
koordinasi (pemimpin dapat melakukan
kerja bersama sama dengan orang yang dipimpinnya), serta pemimpin dapat
melakukan koorporasi (bekerja secara
koloni/berkelompok dengan orang yang dipimpin secara serta merta dan membaur) dan
akuntabilitasnya (dapat
dipertanggung jawabkan kebenaran seorang pemimpin) sehingga menimbulkan trust
(mendapatkan kepercayaan yang tinggi) dari para pengikutnya.
Memiliki kapasitas berarti seorang pemimpin
memiliki spesifikasi yang menjadi syarat utama sebagai pemimpin sehingga tidak
akan dijadikan bulan bulanan bagi orang yang secara structural ada dibawahnya.
Dia memang mampu memimpin dan dapat menjalankan fungsi fungsi manajerial.
Gambaran tentang pemimpin yang efektif
adalah pemimpin yang memiliki kepala besar dengan dipenuhi berbagai
talenta (bakat bakat kepemimpinan) bukan kepala besar karena mengidap penyakit
hedrospalus (pembengkakan kelenjar kepala),
namun pemimpin yang memiliki kekuatan kepribadian ; menarik, berwibawa,
dapat diterima, pandai melakukan koordinasi lintas sector, mudah melakukan
koorporasi dan mudah diterima kelompok manapun dan dimanapun serta dapat
diterima berbagai golongan baik politik maupun social karena dia memiliki
kecakapan leader yang handal. Maka inilah gambaran tentang kepala besar dengan
gagasan yang mercusuar.
Pemimpin semacam ini mudah sekali mendapatkan legalisasi dari para
pengikutnya sebagai pemimpin yang disegani, dihormati bahkan bisa bisa
menimbulkan kepemimpinan yang taassub (pengkultusan) terhadap pemimpinnya
sehingga dia dinobatkan dan dianggap orang suci (wali) ataupun gelar gelar
kesucian.
Maka dengan demikian masyarakat tidak boleh
terklalu mensucikan pemimpinnya walau pemimpin itu sangat baik, sangat
berwibawa dan sangat dihormati dan diagungkan. Demikian ini malah menjadikan
seorang leader tidak sampai pada tujuan
yang diinginkan dalam membangun masyarakatnya.
Maka dengan demikian “Kita adalah pemimpin bagi diri
sendiri, mungkin diantara kita adalah pemimpin bagi orang lain; pemimpin daerah
dan sector, pemimpin nasional, bahkan pemimpin moral, mari kita tegakkan
manajerial yang menyenangkan sehingga timbul trust (kepercayaan) dari para
manusia yang kita pimpin/rakyat”
H. Kesimpulan
Gagasan gagasan besar
hanya bisa dilakukan oleh orang yang berkepala besar (yang berisi tentang
idealisasi, gagasan kontruksi manajerial, innovasi, demokratisasi bukan
radikalisasi, bahkan humanisasi, dan moralis.
Maka pemimpin pemimpin terdahulu dikatakan sebagai pemimpin suci dikarenakan fungsi
manajerial dapat dipercaya dan secara
hipnotis dapat menimbulkan daya tarik bagi orang yang dipimpinnya dan dapat
melahirkan trust
(kepercayaan) sehingga disebut pemimpin suci. Pada saat itu
pemimpin pemimpin itu sering diejek oleh orang yang berkhianat dengan ejekan
sang “Penyihir”.
Ini terbukti pada zaman kepemimpinan kita dipegang
oleh para Nabi dan Para Rasul yang memiliki spesifikasi sifat sifat
pujaan yang berupa ; dia menyampaikan apa yang menjadi kebenaran baik kebenaran
material maupun kebaikan social, spiritual dan kebaikan moral. Dalam bahasa
agama disebut tabligh ( penyampai kebenaran) atau dengan istilah lain
komunikasi dengan orang yang dipimpin dengan tanpa dikorupsi.
Keberadaan sifat lain dari pemimpin suci adalah fathonah (genius) sehingga dia
pemimpin tersebut memiliki berbagai talenta (bakat memimpin) dengan berbagai
kecerdasan kecerdasan, baik kecerdasan intelektual, kecerdasan social,
kecerdasan emosional, serta kecerdasan spiritual.
Trust (dapat dipercaya) merupakan keharusan kondisi daris eorang
pemimpin, apabila pemimpin sudah itdak memiliki kepercayaan didepan orang yang
dipimpin maka seorang pemimpin itu seperti seorang pemain sepak bola yang ada
dilapangan sendirian dan tanpa penonton. Jika keadaan pemimpin itu demikian
maka seorang pemimpin tidak berarti lagi, dia tidak berguna, dia tidak ada yang
memperhatikannya bahkan dia dianggap tidak ada “Adanya seperti tidak ada” dalam bahasa
agama disut “Wujuduhu
Kaadamihi’, ironis kalau demikian. Maka seorang pemimpin harus
brsih dari sifat sifat tercela supaya mendapatkan kepercayaan dari rakyatnya
istilah ini berpadabn dengan istilah “Amanah”.
Seorang pemimpin akan mendapatkan kepercayaan dari rakyat manakala
pemimpin tersebut memiliki sifat “benar tanpa melanggar”, yang dalam pergaulan
dapat diperjelas dengan sikap benar bicaranya tanpa kebohongan, benar
prilakunya tanpa penyimpangan, benar kejujurannya tanpa pencurian, benar mengemban amanatnya tanpa korupsi
(menghilangkan atau mengurangi sedikit maupun seluruhnya).
Jika demikian maka seseorang akan
mendapatkan kepercayaan, rakyat tidak kawatir negaranya akan diperjual belikan,
orang yang dipimpinnya tidak akan kawatir harta Negara akan di “Entitnya”, para
pengikutnya tidak akan merasa was was
akan masa depannya dan keselamatannya karena pemimpinnya “Benar”.
Rupanya kebenaran itulah yang menjadi pangkal dari segala sifat sifat
terpuji yang lain dalam leadership yang akan didambakan manusia penghuni dunia
dengan harapan hidup aman sejahtera dan selalu dalam lindungan Tuhan Yang Maha
Esa. Bahasa agama mengatakan : “Suatu negeri yang indah dalam lindungan dan selalu dalam ampunan Tuhan”.
Semoga kita termasuk manusia yang mengemban
amanat kepemimpinan yang selalu yakin bahwa itu amanat dari Tuhan yang harus dijalankan dengan
benar tanpa penyimpangan. Amin. Salam sejahtera dalam lindungan
Tuhan Yang
Maha
Esa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar