al azmi media

Rabu, 12 Juni 2013

dia memang guruku

Esensi dari suatu tugas sebagai guru dalam tugas tugasnya sebagai pendidik dan pengajaran harus memiliki kompetensi pendidikan, moral, serta memiliki kompetensi social, serta dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sebagai tuntutan. Dengan demikian seorang guru memiliki nilai yang tinggi dan mulia jika semuanya ada pada dirinya. 



DIA MEMANG GURUKU


oleh : ahmadi yasin

             Ketika saya masih kecil mengikuti proses pendidikan di TK (taman kanak kanak) aku selalu mengenang masa masa itu jika aku ingin mengingatnya, ibu guru yang mendidikku pada waktu itu yang mana saya waktu itu agak sedikit bandel seperti anak anak pada umumya. Suatu ketika saya berbuat yang telah diingatkan oleh ibu guruku “jangan melakukan itu” ternyata sebagai anak kecil saya melanggarnya kemudian ada masalah, ibu guruku menangis karena saya melanggarnya karena kasihan dengan saya.
           Waktu itu saya tidak menyadari kalau perbuatan guru saya itu adalah bentuk kepeduliannya kepada anak asuh/anak didiknya yang hal demikian saya menganggapnya biasa biasa saja. Setelah sekarang saya menjadi guru saya sadar betapa mulianya yang dilakukan guru saya yang dalam hati saya berkata “betapa mulianya sikap guru saya yang dulu tidak saya anggap ada apanya, namun saya pahami sekarang ternyata nilainya sangat mulia yang dilakukan guru saya” namun apa yang telah saya perbuat kepada guru saya sebagai balasan atas budi yang mulia dari seorang guru.
           Dalam hati saya berbicara : oh guruku yang baik, betapa mulia apa yang telah engkau perbuat, seberapakah besar balasan ku kepadamu sebagai rasa terima kasihku. Namun ketika saya mengenang kembali ada seorang guru saya yang sering memarahi saya bukan karena saya tidak bisa apa yang diajarkannya, saya dimarahi karena hal yang tidak ada kaitannya dengan proses pendidikan, saya betapa jengkelnya, atau saya disindirnya karena saya anak janda, anak orang tidak punya apa lagi dianggap saya dianggap orang yang pantas dihina. Itu semua saya ingatnya ! akhirnya saya berkata tanpa kata, menggerutu dalam hati “Saya harus jadi guru yang tidak seperti guru saya yang kedua.
           Ada guru saya yang ketiga yaitu guru saya yang mengajarkan tata karma, logika, serta agama yang berbicara dakwah, peningkatan ekonomi, memaknai moral yang tinggi, perhatian terhadap kemanusian dan mendidik siswa dengan baik, tepat waktu atau kerennya disebut efisien, tepat sasaran (efektif) artinya kalau memberikan penjelasan mudah dimengerti  oleh siswa dengan baik bahkan strata IQ paling rendah sekalipun penjelasannya  sudah dapat dipahami. Betapa beliau banyak dikenang oleh para siswanya meskipun telah tiada. Oooh guruku yang mulia ! dalam hati saya bangga dengan guru saya itu walaupun dia sudah pensiun dari kedinasan, sekali  diingat dan dikenangnya oleh para siswanya. Dia telah pensiun dari kehidupan ini dia masih dielu-elukan para siswanya bahkan masih selalu dikirim do’a dengan bacaan surat al-fatihah agar beliau dimaafkan segala kesalahannya dan diterima amal perbuatan baiknya dan dia termasuk golongan yang nanti masuk surga.
             Ada guru saya yang keempat beliau selalu pakai kopyah tetapi kopyahnya sering berubah fungsi dari tutup kepala sebagai tanda orang yang anggun, wibawa dan pantas dihormati sebagai guru yang memiliki perangai mulia. Kopyah berubah fungsi sebagai penghias meja guru dalam kelas saya, seakan yang mengajar adalah dia walaupun hanya kopyahnya saja yang ada, dia kemana mana, sawah, warung, minum kopi, ngerokok setelah siswa siswanya diajar dengan perintah dan pesan singkat seperti HP, tapi tempo dulu belum mengenal HP, telepon kabel (dulu diistilahkan (Kenteng) aja belum tahu. Jika di kota kota ada ketika saya tahu itu sudah sangat kagum sekali. Itulah kejadulan tempo dulu. Setelah saya jadi guru menggelitik sekali kejadian dulu itu. Ketika zaman mengalami perobahan kemajuan ada HP, Komputer, Laptop, Iped, dan lain lainnya termasuk  IT  (information of technology) awalnya saya juga takjub (terbelalak) wah ini jaman apa ya ! waktu saya dulu tidak ada, saya menyadari inikah yang dinamakan Gaptek (gugup terhadap teknologi). Wah lah saya termasuk tipe guru yang keberapa ya tipenya. Ha ha dalam hati saya tertawa.

1. siapakah guruku
            Banyak contoh guru yang baik namun ada juga guru saya yang kurang baik, sesungguhnya dalam mutiara kata jawa yang sering diucapkan bahwa guru itu adalah dari kata “GU-RU”, artinya orang yang patut di “Gugu dan ditiru=orang yang patut diikuti dan dicontoh” karena kebaikan kebaikannya. Bukan manjadi masalah baru yang disingkat “GU-RU, yang kata plesetannya “wagu lan ruwet” artinya sesuatu yang tidak pantas dicontoh serta menimbulkan masalah masalah. Mestinya seharusnyalah guru itu menjadi sumber nilai positif berupa sifat, sikap, perilaku, ide, moral dan hal hal lain seperti karya yang produktif. Dengan sangat sederhana guru harus menjadi sumber nilai dan adviser (penasihat).
           Dengan ibarat membersihkan yang kotor harus dengan sapu yang bersih dan menanam kebaikan harus dengan alat dan pupuk yang baik pula. Bukan jadi guru yang jelek (tidak produktif), kurang kreatif, imajinatif, dan inofatif,  kemudian siswanya diharapkan menjadi baik, bukan jadi ruru yang kontra produktif sementara muridnya dia harapkan kreatif. Seandainya bisa terjadi saya bermimpi, punya angan angan, dan punya cita cita  dengan bayangan pikiran saya seperti tempo dulu waktu waktu sekolah “guruku baik bisa dicontoh, bisa diteladani”  sehingga harapan saya nanti dapat menjadi guru seperti dia, amin. Ada pepatah mengatakan  “pengalaman adalah guru terbaik” artinya jika dulu kita punya seorang  guru yang sera tidak edial hendaknya kita harus menjadi guru yang serba ideal dari segala aspek yang ada.

2. benarkah dia guruku
           Ketika saya telah terjun kedalam dunia pendidikan dan saya mencoba menjadi seorang guru walaupun terdapat bebrapa kekurangan dari saya, saya akan berbuat secara maksimal sebagai seorang guru dengan penuh semangat, menjadi guru yang dinamis contoh kecil jika saya menghidupkan latop saja saya tidak bisa saya akan mengikuti pendidikan dan latihan ataupun kursus. Jika saya tidak bisa mengjar sebagai guru yang efektif bagi siswanya saya akan berlatih dan mencari guru model yang baik untuk saya contoh, jika saya tidak bisa bertutur kata yang baik atau tidak dapat memberikan penjelasan yang baik saya akan terus berusaha dan tidak akan menyerah untuk memiliki skill education tersebut dan lai lainnya.
             Ketika saya setelah sadar dan memiliki pengetahuan yang banyak tentang profesionalitas guru, metode untuk menjadi guru yang baik dan efektif, mendalami attitude (prilaku) siswa dengan dalam, dan pengetahuan pengetahuan yang lain yang ada kaitannya dengan pendidikan saya bertanya ? mengapa guru saya dulu kok begitu ? saya berjalan sambil melamun, menggerutu, sedikit berbuat maksiat (perbuatan tidak terpuji) kepada guru saya yang kurang baik tadi dengan ngerasani (menyebut kekurangan) guru saya dulu masak sih guru saya dulu itu tidak pinter kok ngajarnya cukup yang mengajar kopyahnya saja, atau dia tidak sepenuh hati jadi guru karena tidak ada gajinya.
           Astaghfirullah (saya mohon ampun kepada tuhan) karena saya sudah ngerasani guru saya, la tapi memang iya begitu ! Hati saya berbicara lagi boleh nggak ya membicarakan begini tapi demi kebaikan. Hati saya bicara gaka pa apa toh tidak saya ungkap kepada orang lain, dan ini kan demi belajar dari apa yang dulu pernah saya tahu demi perbaikan system yang ada. Apa pun dia adalah guru saya sehingga saya jadi orang, saya dapat gelar, dan saya mendapatkan anugerah karena pendidikan yang telah didik oleh guru guru saya terlepas dari guru guru yang punya kelebihan, dan seorang guru yang memiliki kekurangan kekurangan.

3. dimana guruku
             Hati saya selalu mengenang para guru guru yang dulu telah mendidik aku, mengajar dengan sabar walaupun ada yang galak, saya selalu memohonkan rahmat untuknya, memohonkan ampun untuk mereka guru guru saya semuanya. Saya belum perbah member sesuatu yang berharga, sementara yang saya berikan hanya doa yang mestinya saya juga harus memberikan sebagian rizki saya untuknya, karena saya bisa begini karena tiga orang tua saya, pertama orang tua saya yang telah melahirkan saya yaitu ibu dan bapak saya, kedua adalah arang tua saya yang telah mengasuh saya sehingga saya dewasa serta berkembang dengan leluasa tanpa hambatan karena asuhannya, ketiga orang tua saya yang telah mendidik, mengajar saya, membina tapi tidak ada pembinasaan, menasehati tanpa melahirkan sakit hati, bahkan menolong tanpa pamrih serta minta balas budi. 
              Dia adalah “guru saya selamanya”. Tetapi yang paling penting adalah yang harus selalu diingat adalah Tuhan yang maha kuasa sebagai “Sang Maha Guru Dari Semuanya, Nabi, Rasul, Wali dan guru guryu saya sekarang ini”. Engaulah guru sya damailah hidupnya dan selamatkan dia, karuniailah dengan kehidupan yang penuh bahagia di dunia dan kelak pada akhiratnya. Amin.
4. mengapa guruku begitu
             Orang tidak tahu, itu bukan dasarnya bodoh, orang tidak tahu mungkin penglihatannya itu tidak focus, orang tidak tahu itu bisa disebabkan karena dia tidak memperhatikan, dan orang tidak tahu belum tentu itu jelek dan konotasi konotasi yang negatif. Yang terjelek adalah orang yang tidak mau tahu. Ketika terdapat narasi yang menyebut “GU-RU” yang dipelesetkan menjadi seba wagu (gak pantas) dan serba saru (serba jelek) sebagi ungkapan guru yang tidak professional, tidak memiliki skill, tidak memiliki seni mendidik, dan kekurangan verbal (kurang bisa berbicara dengan baik) atau kekurangan kekurangan yang lain yang menyebabkan serba wagu dan serba saru tadi harusnya menjadi pelajaran bagi saya, atau orang lain yang mau mengerti.
           Setidak tidaknya bagi orang orang yang memiliki kemauan untuk melakukan introspeksi (berbenah diri) yang dalam bahasa arab disebut mukhasabah agar kedepan dapat menjadi guru yang diidolakan dan didambakan oleh para siswanya. Sabda orang suci mengatakan “jadilah orang yang mengajarkan ilmu, atau mencari ilmu, mendengarkan ilmu bila dibacakan, atau menjadi pecinta ilmu, janganlah kamu menjadi orang yang kelima, Rusak dan binasa”.  Disini seorang guru menduduki kedudukan paling tinggi dan paling mulia. Namun demikian jika menjadi guru dan tidak melaksanakan tugas tugas keguruannya maka seseorang pun menjadi derajat yang keenam, yang kelima saja binasa dan rusak apalagi yang keenam dan seterusnya.
            Hal ini kiranya tidak boleh terjadi bagi seorang guru ! Agar seorang guru dapat diikuti dan ditaati sebagai teladan bagi siswa siswanya serta malahirkan dari kandungannya ilmu,  seorang guru yang baik melahirkan guru yang terbaik.  Jika seorang guru tidak demikian maka  Itu terlalu, guruku jangan begitu, guruku mengapa terjadi semacam ini, guruku mari kita kedepankan, profesionalitas, cakap skil keguruan, komunikasi, adaptasi serta penuh dengan dedikasi dan  prestasi. Semoga demikian amiiin.
           Hati saya tertawa geli karena membaca secarik kertas bertuliskan “ Guru kencing berdiri murid kencing berlari”, artinya dari keteladanan seorang guru akan melahirkan seorang siswa seperti diri kepribadian sama dengan gurunya. Kalau guru baik muridnya akan baik, kalau guru itu jelek maka muridnya akan jadi jelek, tetapi jangan sampai itu akan terjadi.

5. dia memang guruku
            Saya bertemu dengan seseorang yang pandai sekali, seorang birokrat yang baik hati, moralis (orang yang sangat bermoral dan menjunjung tinggi nilai nilai moral), agamis (taat kepada agama yang dipeluknya) humanis (sukamenolong sesamanya), saya tahu dia seorang doctor yang teramat  pandai, kata katanya sering saya dengar dan saya jadikan hasanah serta perbendaharaan pengetahuan, atau bisa dirangkai menjadi kata kata mutiara, Hebat memang dia, ketemu saya pasti bertanya bagaimana kabarnya, sekarang sudah menempuh pendidikan apa (maksudnya s1, s2 atau sudah s3), selalu perhatian kepada saya, dia memang guru saya.
              Apakah dia pernah mengajarkan aku dibangku sekolah, itu tidak pernah, apakah dia pernah memberiku sesuatu mungkin pernah, apakah dia pernah menolongku, itu saya lupa, tetapi sepertinya juga pernah. Kapan itu yaitu ketika saya bertemu dia berkata kata dengan baik, cerita yang dapat membangkitkan minat dan motivasi  menjadi yang lebih baik, membuat narasi yang seolah olah memberi pelajaran tentang moral, seakan mengajarkan tatakrama atau agama. Itu pemberiannya, itu pertolongannya, itu yang menjadi guru bagi saya. Tidak harus sempit pemaknaan seorang guru itu, dan tidak harus formal dalam pembelajaraanya. Yang teramat penting adalah esensi yang diajarkanya.

6. Kesimpulan
          Esensi dari suatu tugas sebagai guru dalam tugas tugasnya sebagai pendidik dan pengajaran harus memiliki kompetensi pendidikan, moral, serta memiliki kompetensi social, serta dapat menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman sebagai tuntutan. Dengan demikian seorang guru memiliki nilai yang tinggi dan mulia jika semuanya ada pada dirinya. Jika tidak maka seorang guru akan mendapatkan julukan “Guru yang dipelesetkan menjadi “guru yang wagu dan yang saru, atau karena wagu maka ditinggal turu (ditinggal tidur sama muridnya),  agar guru tidak termasuk kata plesetan tersebut marilah kita tingkatkan profesionalitas keguruan yang memang sudah menjadi tuntutan zaman dan modernisasi tanpa westernisasi.
            Guru guru guru yang telah dibatasi ruang dan waktu harus semakin sadar kita tidak boleh seperti dulu, kita harus memanfaatkan waktu, meningkatkan kemampuan diri, meningkatkan skill sebagai seorang guru, meningkatkan komunikasi, meningkatkan koordinasi agar secara kualitas kita akan terdongkrak pelan pelan menjadi guru yang sempurna dalam segala aspek keguruan yang harus ada pada kita sebagai guru, keteladanan, keadaan menjadi model belajar bagi siswa, yang tanpa terasa kita sebagai seorang guru adalah berperan sebagai “model pendidikan” yang akan menjadi teladan, contoh dan uswah bagi murid muridnya. Sehingga kita harus menjadi model yang sangat anggun, estetik dan dapat menjadi pijakan contoh bagi para siswanya. Semoga menjadikan diri kita guru menjadi yang terbaik bagi muridnya. Amin.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar