al azmi media

Senin, 04 Februari 2013

ibuku menangis, kapan tersenyum

Ahmadi Yasin, M.Sy. Ibuku mengharap anak anak bangsa ini memiliki tanggung jawab yang sama terutama harapannya kepada anak anaknya yang menjadi presiden, duduk di DPR, DPD, MPR,  Hakim, Polisi, Jaksa dan anak anaknya yang lain yang memiliki kewenangan dalam mengatur bangsa ini. Tentu ibunda pertiwiku memberi  wasiat pada anak anak bangsa ini jangan kau kotori perjuangan pendiri bangsa ini, Jayalah negeriku musnahlah  narkoba dari Negara dan bangsaku. IBUKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI.




IBUKU MENANGIS, KAPAN TERSENYUM

oleh : Ahmadi Yasin, MSy

          Pertiwiku menangis dalam kesedihan bak air matanya sampai mengering karena kesedihannya yang sangat dalam dikarenakan anak anaknya banyak ulah yang sesat, ulah yang membuat anak anaknya kehilangan masa depan bahkan mengancam kehancuran moralnya. Betapa sedihnya ibu pertiwiku. Dulu pertiwiku selalu riang gembira melihat tanah ladang menghijau bukit bukit yang subur dengan berbagai tumbuhan kayu yang selalu dapat menjadi penyeimbang ekosistem kehidupan ini. Ketika ibuku melihat keadaan yang ada ibuku lalu bersedih kembali, penebangan liar yang sekarang tinggal hutannya, tanpa pepohonan, flora dan fauna yang dulu menjadi hiburan ibu pertiwiku. Sekarang yang ada musim panas kekeringan, musim hujan kebanjiran, dan katanya lagi tidak ada pohon yang membuat gila orang, daun maupun buahnya. Kenapa banyak yang gila karenanya yaitu NARKOBA (narkotika dan bahan berbahaya), jangan bersedih dan jangan menangis ibuku, ini adalah ujian ibukuuu !
            Ibuku menangis bukan karena harta bendanya dicuri, harga dirinya seakan dibeli dan harkat martabatnya seakan tergadai, namun ibu pertiwiku menangis karena sedih kenapa anak anaknya moralnya keji. Ada pajak dicuri, masuknya narkoba dibekingi, perusak moral bangsa diampuni apakah tidak boleh ibuku bersedih. Waduuh kalau begitu kapan ibuku bisa tersenyum ? Tiap hari ibuku mendengar berita akan masuknya narkoba tertangkapnya Bandar dan pengedar sungguh ironis bangsaku wahai ibuku.Begitu rendah moral anak anakmu. Dulu anak anakmu disegani, dulu anak ankmu dihargai karena memiliki akhlak yang edi pergaulan yang tinggi peradaban yang bernilai tapi sekarang seakan anak anakmu membuat kehormatanmu dikuasai oleh nafsu birahi yang seakan binatang keji. Pantaslah engkau bersedih, sangat pantas engkau menangis. Ibuku ! apakah tangismu tidak didengar penguasa negeri ini, penguasa negeri ini adalah anak anakmu, tapi mengapa mereka tidak menghargaimu, tidak menghormatimu, dia hanya bisa minta kekayaan yang banyak darimu tapi dia tidak berbakti kepadamu. Apakah anak anakmu ini anak yang durhakan kepada ibu ? Ibuku berkata tidak ! mungkin anak anakku lagi lupa, khilaf dan dalam keadaan gelap dan tersesat. Doaku untuk anakku moga cepat ingat dan insaf.
         Oh ibuku ! masih banyak anak anakmu yang baik, anak anakmu yang mau memuliakan ibu.  Anak anakmu yang masih mentaati ibu, mendengar nasehat ibu, memegang teguh wasiat kehidupan ini darimu. Anak anakmu masih banyak yang dapat dibanggakan, anak anakmu masih banyak yang taat akan Tuhan, anakmu yang durhaka hanya sedikit hanya saja diberitakan besar oleh orang orang yang menghianati kebaikanmu. Anak anak bangsamu masih banyak yang baik  ibu mungkin lupa anak yang sangat baik, mengapa ibuku masih bersedih. Anak bangsa yang sangat peduli akan keselamat bangsa ini sangat banyak, juga banyak yang menjadi penghianat. Menjual harga diri bangsa dengan harta dunia, demi uang, demi kemapanan, demi kekayaan. Rela tertawa dalam kesedihan bangsa ini. Waduh biadap betul mereka ini.
      Kuharap ibuku tidak sedih lagi, aku ingat sudaraku banyak yang duduk di DPR, DPD, Jadi Menteri, Jadi Polisi, Jadi ABRI, Jadi hakim dan lainnya. Yang tidak mungkin mereka menghianatimu wahai ibu pertiwiku. Seandainya mereka menghianatimu doamu sangat didengar Tuhan biar mereka terkena bencana saja dari pada memiliki anak yang semua durhaka. Ibuku masak anak anakmu termasuk yang telah jadi Presiden tidak dapat menghentikan tangismu karena narkoba yang telah menyerang sebagian anak anakmu ? Cobalah tangismu engkau tunjukkan kepada mereka supaya mereka semua berperang melawan Narkoba,  Pak SBY masak tidak mendengarkanmu, mintalah dia menghentikan narkoba yang masuk ke Indonesia. Apakah kau sudah tidak percaya pada anak anakmu ? Kalau begitu  Kapan kau tersenyum wahai ibu pertiwiku ?
         Tentu ibuku dapat tersenyum seandainya salah satu anakmu dapat menghentikan lalu lintas masuknya NARKOBA ke Indonesia, cobalah ibuku perintahkan kepada pak SBY kira kira bisa,  yakinlah ibuku ! Ibuku  ! jika ibuku tidak dapat tersenyum sungguh aku juga ikut bersedih, memang keparat narkoba ini atau keparat yang rela menghianati bangsa ini. Dulu syetan menakutkan ku ketika aku kecil ibuku namun sekarang ada yang lebih menakutkan lagi melebihi setan mahluk dengan sejuta tipu daya muslihatnya ternyata sekarang ada yang lebih menakutkan lagi yaitu narkoba. Tapi ibuku harus bisa tersenyum dengan harapan pak SBY dapat menghentikan peredaran narkoba.
.         Ibuku ! aku adalah anakmu ! aku masih percaya akan doamu, doamu sangat didengarkan tuhan, doamu masih bisa merubah dunia tentu harapanku kepadamu hendaknya ibuku selalu berdoa agar bencana narkoba ini akan segera dapat dihentikan dengan ridho Tuhan yang maha pengasih dan maha penyayang. Ibuku yakin bahwa suatu waktu Tuhan akan memberi pertolongan narkoba akan bisa dihempaskan dari negeri Indonesia tercinta ini. Ibuku tentu tidak menangislagi.Harapanku.
       Ibuku mengharap anak anak bangsa ini memiliki tanggung jawab yang sama terutama harapannya kepada anak anaknya yang menjadi presiden, duduk di DPR, DPD, MPR,  Hakim, Polisi, Jaksa dan anak anaknya yang lain yang memiliki kewenangan dalam mengatur bangsa ini. Tentu ibunda pertiwiku memberi  wasiat pada anak anak bangsa ini jangan kau kotori perjuangan pendiri bangsa ini, Jayalah negeriku musnahlah  narkoba dari Negara dan bangsaku. IBUKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI.
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar