Ahmadi Yasin, M.Sy. Ibuku
mengharap anak anak bangsa ini memiliki tanggung jawab yang sama terutama
harapannya kepada anak anaknya yang menjadi presiden, duduk di DPR, DPD, MPR, Hakim, Polisi, Jaksa dan anak anaknya yang
lain yang memiliki kewenangan dalam mengatur bangsa ini. Tentu ibunda pertiwiku
memberi wasiat pada anak anak bangsa ini
jangan kau kotori perjuangan pendiri bangsa ini, Jayalah negeriku
musnahlah narkoba dari Negara dan
bangsaku. IBUKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI.
IBUKU
MENANGIS, KAPAN TERSENYUM
oleh : Ahmadi Yasin, MSy
Pertiwiku menangis dalam kesedihan
bak air matanya sampai mengering karena kesedihannya yang sangat dalam
dikarenakan anak anaknya banyak ulah yang sesat, ulah yang membuat anak anaknya
kehilangan masa depan bahkan mengancam kehancuran moralnya. Betapa sedihnya ibu
pertiwiku. Dulu pertiwiku selalu riang gembira melihat tanah ladang menghijau
bukit bukit yang subur dengan berbagai tumbuhan kayu yang selalu dapat menjadi
penyeimbang ekosistem kehidupan ini. Ketika ibuku melihat keadaan yang ada
ibuku lalu bersedih kembali, penebangan liar yang sekarang tinggal hutannya,
tanpa pepohonan, flora dan fauna yang dulu menjadi hiburan ibu pertiwiku.
Sekarang yang ada musim panas kekeringan, musim hujan kebanjiran, dan katanya
lagi tidak ada pohon yang membuat gila orang, daun maupun buahnya. Kenapa
banyak yang gila karenanya yaitu NARKOBA (narkotika dan bahan berbahaya),
jangan bersedih dan jangan menangis ibuku, ini adalah ujian ibukuuu !
Ibuku menangis bukan karena harta bendanya
dicuri, harga dirinya seakan dibeli dan harkat martabatnya seakan tergadai,
namun ibu pertiwiku menangis karena sedih kenapa anak anaknya moralnya keji.
Ada pajak dicuri, masuknya narkoba dibekingi, perusak moral bangsa diampuni
apakah tidak boleh ibuku bersedih. Waduuh kalau begitu kapan ibuku bisa
tersenyum ? Tiap hari ibuku mendengar berita akan masuknya narkoba
tertangkapnya Bandar dan pengedar sungguh ironis bangsaku wahai ibuku.Begitu
rendah moral anak anakmu. Dulu anak anakmu disegani, dulu anak ankmu dihargai
karena memiliki akhlak yang edi pergaulan yang tinggi peradaban yang bernilai
tapi sekarang seakan anak anakmu membuat kehormatanmu dikuasai oleh nafsu
birahi yang seakan binatang keji. Pantaslah engkau bersedih, sangat pantas
engkau menangis. Ibuku ! apakah tangismu tidak didengar penguasa negeri ini,
penguasa negeri ini adalah anak anakmu, tapi mengapa mereka tidak menghargaimu,
tidak menghormatimu, dia hanya bisa minta kekayaan yang banyak darimu tapi dia
tidak berbakti kepadamu. Apakah anak anakmu ini anak yang durhakan kepada ibu ?
Ibuku berkata tidak ! mungkin anak anakku lagi lupa, khilaf dan dalam keadaan
gelap dan tersesat. Doaku untuk anakku moga cepat ingat dan insaf.
Oh ibuku ! masih banyak anak anakmu
yang baik, anak anakmu yang mau memuliakan ibu.
Anak anakmu yang masih mentaati ibu, mendengar nasehat ibu, memegang
teguh wasiat kehidupan ini darimu. Anak anakmu masih banyak yang dapat
dibanggakan, anak anakmu masih banyak yang taat akan Tuhan, anakmu yang durhaka
hanya sedikit hanya saja diberitakan besar oleh orang orang yang menghianati
kebaikanmu. Anak anak bangsamu masih banyak yang baik ibu mungkin lupa anak yang sangat baik,
mengapa ibuku masih bersedih. Anak bangsa yang sangat peduli akan keselamat
bangsa ini sangat banyak, juga banyak yang menjadi penghianat. Menjual harga
diri bangsa dengan harta dunia, demi uang, demi kemapanan, demi kekayaan. Rela
tertawa dalam kesedihan bangsa ini. Waduh biadap betul mereka ini.
Kuharap ibuku tidak sedih lagi, aku ingat
sudaraku banyak yang duduk di DPR, DPD, Jadi Menteri, Jadi Polisi, Jadi ABRI,
Jadi hakim dan lainnya. Yang tidak mungkin mereka menghianatimu wahai ibu
pertiwiku. Seandainya mereka menghianatimu doamu sangat didengar Tuhan biar
mereka terkena bencana saja dari pada memiliki anak yang semua durhaka. Ibuku
masak anak anakmu termasuk yang telah jadi Presiden tidak dapat menghentikan
tangismu karena narkoba yang telah menyerang sebagian anak anakmu ? Cobalah
tangismu engkau tunjukkan kepada mereka supaya mereka semua berperang melawan
Narkoba, Pak SBY masak tidak
mendengarkanmu, mintalah dia menghentikan narkoba yang masuk ke Indonesia.
Apakah kau sudah tidak percaya pada anak anakmu ? Kalau begitu Kapan kau tersenyum wahai ibu pertiwiku ?
Tentu ibuku dapat tersenyum seandainya
salah satu anakmu dapat menghentikan lalu lintas masuknya NARKOBA ke Indonesia,
cobalah ibuku perintahkan kepada pak SBY kira kira bisa, yakinlah ibuku ! Ibuku ! jika ibuku tidak dapat tersenyum sungguh aku
juga ikut bersedih, memang keparat narkoba ini atau keparat yang rela menghianati
bangsa ini. Dulu syetan menakutkan ku ketika aku kecil ibuku namun sekarang ada
yang lebih menakutkan lagi melebihi setan mahluk dengan sejuta tipu daya
muslihatnya ternyata sekarang ada yang lebih menakutkan lagi yaitu narkoba.
Tapi ibuku harus bisa tersenyum dengan harapan pak SBY dapat menghentikan
peredaran narkoba.
. Ibuku ! aku adalah anakmu ! aku masih
percaya akan doamu, doamu sangat didengarkan tuhan, doamu masih bisa merubah
dunia tentu harapanku kepadamu hendaknya ibuku selalu berdoa agar bencana
narkoba ini akan segera dapat dihentikan dengan ridho Tuhan yang maha pengasih
dan maha penyayang. Ibuku yakin bahwa suatu waktu Tuhan akan memberi
pertolongan narkoba akan bisa dihempaskan dari negeri Indonesia tercinta ini.
Ibuku tentu tidak menangislagi.Harapanku.
Ibuku mengharap anak anak bangsa ini
memiliki tanggung jawab yang sama terutama harapannya kepada anak anaknya yang
menjadi presiden, duduk di DPR, DPD, MPR, Hakim, Polisi, Jaksa dan anak anaknya yang
lain yang memiliki kewenangan dalam mengatur bangsa ini. Tentu ibunda pertiwiku
memberi wasiat pada anak anak bangsa ini
jangan kau kotori perjuangan pendiri bangsa ini, Jayalah negeriku
musnahlah narkoba dari Negara dan
bangsaku. IBUKU TIDAK AKAN MENANGIS LAGI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar