Kasih ibu kepada beta Tak terhingga sepanjang
masa Hanya memberi tak harap kembali Bagai sang surya menyinari dunia. Syair lagu tersebut sering
dinyanyikan oleh anak-anak kita saat duduk di bangku TK, tapi... tahukah mereka
makna yang terkandung di dalamnya ? Ibu telah mengandung kita selama sembilan bulan tujuh hari, melahirkan dengan taruhan
nyawa, mengajari menyusu sejak dini, mengganti popok, memandikan
dengan penuh kasih sayang, mengawasi saat kita belajar tengkurap, belajar duduk, belajar merangkak dan berjalan hingga hampir semua waktu Ibu tersita untuk kita, dan akhirnya... kita bisa berlari untuk menggapai cita-cita. Begitu sibuknya Ibu dengan urusan rumah tangga, tapi masih berusaha menyempatkan diri untuk berjuang memajukan bangsa. Pada tanggal 22 Desember 1928 diadakanlah Kongres Perempuan I di Yogyakarta. Dari kongres yang pertama ini, tumbuh kesadaran bahwa perjuangan kaum perempuan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Untuk mewadahi perjuangan itu, maka dibentuklah sebuah federasi dengan nama Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPI) yang kemudian pada tahun 1929 berubah nama menjadi Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII). Sampai pada tahun 1935 federasi ini sudah menunjukan kiprahnya secara luas, diantaranya ikut serta dalam Badan Pemberantasan Buta Huruf. Pada tahun 1938 digelar Kongres Perempuan II dan diputuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
dengan penuh kasih sayang, mengawasi saat kita belajar tengkurap, belajar duduk, belajar merangkak dan berjalan hingga hampir semua waktu Ibu tersita untuk kita, dan akhirnya... kita bisa berlari untuk menggapai cita-cita. Begitu sibuknya Ibu dengan urusan rumah tangga, tapi masih berusaha menyempatkan diri untuk berjuang memajukan bangsa. Pada tanggal 22 Desember 1928 diadakanlah Kongres Perempuan I di Yogyakarta. Dari kongres yang pertama ini, tumbuh kesadaran bahwa perjuangan kaum perempuan tidak bisa dilakukan sendiri-sendiri. Untuk mewadahi perjuangan itu, maka dibentuklah sebuah federasi dengan nama Perkumpulan Perempuan Indonesia (PPI) yang kemudian pada tahun 1929 berubah nama menjadi Perikatan Perkumpulan Istri Indonesia (PPII). Sampai pada tahun 1935 federasi ini sudah menunjukan kiprahnya secara luas, diantaranya ikut serta dalam Badan Pemberantasan Buta Huruf. Pada tahun 1938 digelar Kongres Perempuan II dan diputuskan tanggal 22 Desember sebagai Hari Ibu.
Hari Ibu yang ada di Indonesia tidak bisa
disamakan dengan Mothering Sunday yang diperingati oleh kaun gereja di
negara-negara barat pada setiap Ahad
kedua bulan Mei, karena keduanya memang memiliki sejarah yang berbeda. Bolehlah
setiap tanggal 22 Desember kita memperingati Hari Ibu dengan berbagai lomba dan
kegiatan yang menyenangkan Ibu, tapi jangan lupa di luar tanggal 22 Desember kita
pun harus tetap berbakti dan mendo’akan Ibu (juga Bapak), sebagaimana firman Allah yang
artinya, “ Dan Kami perintahkan kepada
manusia (berbuat baik) kepada dua orang ibu-bapaknya; ibunya telah
mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam
dua tahun. Bersyukurlah kepada-Ku dan kepada dua orang ibu bapakmu, hanya
kepada-Kulah kembalimu (QS. Luqman :14)”
oleh : Sri
Kumorowati
Tidak ada komentar:
Posting Komentar