Artikel dari Taufik, S.Pd. Bayangkanlah apa yang terjadi ketika anda bekerja keras dengan komputer, mendapatkan informasi, mengatasi masalah, dan menyusun pikiran-pikiran, tetapi anda gagal menyimpan pekerjaan yang telah dilakukan, semuanya berlalu. Begitu pula yang terjadi pada siswa, belajar pun bisa lenyap, apabila ia tidak diberikan kesempatan untuk menyimpan apa yang telah mereka pelajari.
Sebagian
pengajar menyampaikan materi hingga saat-saat akhir waktu pelajaran, akhir
semester atau kursus studi. Mereka beranggapan bahwa pada menit terakhir, guru
dapat menjejalkan lebih banyak informasi dan meliputi topik serta materi yang
masih menjadi agendanya, tanpa berfikir lebih panjang apakah peserta didik
telah menyimpan dan mengecap semua materi tersebut. Penting
kiranya, bagi pengajar untuk mengusahakan suatu strategi yang dapat
mengaktifkan siswa, sehingga banyaknya materi yang harus dikuasai, tersimpan
dengan baik di memori mereka.Ketika siswabelajar aktif, mereka memiliki kesempatan
untuk memahami. Ketika ada waktu yang bisa digunakan untuk mengkonsolidasikan
apa yang telah dipelajari, ada kesempatan untuk retensi (penyimpanan).Beberapa
ahli pendidikan mempercayai bahwa satu mata pelajaran benar-benar dapat
dikuasai hanya apabila seorang peserta didik mampu mengajarkan pada peserta
lainnya. Pada waktu yang sama, ia menjadi narasumber bagi yang lain. Bukan
hanya bisa menyimpan/mengingat materi, mengajar teman sebaya memberikan
kesempatan pada peserta didik untuk memahami sesuatu dengan baik. Sebagaimana
ungkapan Confucius lebih dari 2400 tahun yang lalu:
Apa yang saya dengar, saya lupa.
Apa yang saya lihat, saya ingat.
Apa yang saya lakukan, saya faham.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar