Saat
ini ada lima karya budaya Indonesia telah berhasil mendapat pengakuan sebagai
warisan budaya dunia dari UNESCO yaitu wayang, keris, angklung, batik, dan tari
Saman Gayo. Keris adalah senjata
sekaligus karya seni yang bernilai tinggi dengan keindahan bentuk dan bahan
khusus serta proses pembuatannya yang memakan waktu lama, ketekunan, serta
keterampilan khusus.
Sebagai konsekuensi dari pengakuan UNESCO, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan keris agar terhindar dari kepunahan. UNESCO berhak mencabut kembali pangkuan tersebut apabila Indonesia tidak bisa menjaga kelestarian keris sebagai warisan budaya yang telah diakui dunia. Keris inilah senjata kesatuan budaya Nusantara sekaligus lambang kepahlawanan bangsa Indonesia. Berbeda dari senjata tajam lainnya dimana penggunaannya dengan menetak atau membabat maka keris merupakan senjata tajam untuk menusuk dan menikam. Keris bentuknya berbilah pipih, berunjung runcing, kedua sisinya tajam, dan panjangnya hanya sekitar dua jengkal. Keris adalah senjata sekaligus karya seni yang bernilai tinggi dengan keindahan bentuk dan bahan khusus serta proses pembuatannya yang memakan waktu lama, ketekunan, serta keterampilan khusus. Keris dapat ditemukan hampir di seluruh pelosok Nusantara dengan bentuk yang beragam. Bukan hanya di Jawa, keris juga digunakan di Bali, Kalimantan, Sumatera, hingga Sulawesi. Selain itu budaya keris pun telah menyebar ke kawasan lain di Asia Tenggara, terutama yang berbudaya Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Filipina Selatan, Singapura bahkan ke Thailand Selatan.
Sebagai konsekuensi dari pengakuan UNESCO, Indonesia mempunyai kewajiban untuk melestarikan dan mengembangkan keris agar terhindar dari kepunahan. UNESCO berhak mencabut kembali pangkuan tersebut apabila Indonesia tidak bisa menjaga kelestarian keris sebagai warisan budaya yang telah diakui dunia. Keris inilah senjata kesatuan budaya Nusantara sekaligus lambang kepahlawanan bangsa Indonesia. Berbeda dari senjata tajam lainnya dimana penggunaannya dengan menetak atau membabat maka keris merupakan senjata tajam untuk menusuk dan menikam. Keris bentuknya berbilah pipih, berunjung runcing, kedua sisinya tajam, dan panjangnya hanya sekitar dua jengkal. Keris adalah senjata sekaligus karya seni yang bernilai tinggi dengan keindahan bentuk dan bahan khusus serta proses pembuatannya yang memakan waktu lama, ketekunan, serta keterampilan khusus. Keris dapat ditemukan hampir di seluruh pelosok Nusantara dengan bentuk yang beragam. Bukan hanya di Jawa, keris juga digunakan di Bali, Kalimantan, Sumatera, hingga Sulawesi. Selain itu budaya keris pun telah menyebar ke kawasan lain di Asia Tenggara, terutama yang berbudaya Melayu, seperti Malaysia, Brunei, Filipina Selatan, Singapura bahkan ke Thailand Selatan.
Kertanegara dengan kerisnya telah memilih
menjaga negerinya dari penguasaan asing meski harus dibayar dengan nyawa.
Singosari menolak tunduk pada Mongol dan rakyat Singosari pun tidak gentar
kepada tentara Mongol.
Salah satu yang membedakan
keris dari senjata lainnya adalah memiliki ‘ganja’ yaitu bagian yang terletak
di pangkal keris yang rapat dengan hulu keris. Keris pun memiliki ‘pamor’ atau
hiasan unik dan detail dari logam yang warnanya terang dan membuatnya berbeda
dari senjata tajam lainnya.
Bagian utama keris adalah
bilah atau daun keris sebagai bagian paling penting. Ada juga hulu atau
pegangan, ganja atau penopang, warangka atau sarung keris. Bentuk bilah atau
dhapur keris mencerminkan estetika dan identitas keris itu dimana ada yang
lurus atau berkelok atau luk. Luk selalu berjumlah ganjil, tidak pernah genap,
paling sedikit 3 lekukan dan paling banyak 13 lekukan. Jika lebih atau kurang
dari itu dianggap tidak lazim.
..Jika saja Kertanegara memilih tetap
menyarungkan keris di warangkanya maka mungkin sejarah Indonesia akan lain.
Kita mungkin tidak akan mengetahui adanya Majapahit sebagai penerus Singosari
sehingga berhasil menyatukan Nusantara.
Keris sebagai mahakarya
budaya Indonesia sudah diakui UNESCO sebagai warisan budaya dunia milik
Indonesia. Diperkirakan senjata indah ini sudah ada dan dipergunakan sejak 1000
tahun yang lalu. Keris telah memengaruhi kehidupan masyarakat Nusantara di luar
fungsi utamanya sebagai senjata. Hampir semua pakaian tradisional di Nusantara
menggunakan keris untuk memperlengkapinya sekaligus sebagai simbol etiket dari
protokoler dengan aturan dan ketentuan tertentu.
Tahun 1416, Ma Huan,
seorang tangan kanan Laksamana Cheng Ho menyebutkan dalam catatannya bahwa
masyarakat Majapahit senantiasa mengenakan keris yang diselipkan pada ikat
pinggang. Ma Huan kagum terhadap keris tersebut karena ditempa dengan baik dan
diukir dengan indah. Hal ini juga menunjukan saat itu, para pandai besi di
Indonesia memiliki kemampuan alat budaya yang tinggi.
Penjelajah Portugis, Tome
Pires, pada abad ke-16 menuliskan bahwa keris digunakan oleh setiap pria di
Pulau Jawa dengan meletakkannya di punggung, tidak peduli miskin atau kaya,
mereka pasti memiliki sekurangnya sebilah keris di rumahnya. Tidak ada satu pun
laki-laki berusia antara 12 dan 80 tahun bepergian tanpa sebilah keris di
sabuknya.
..keris Empu Gandring diceritakan Kitab
Pararaton telah menewaskan 7 orang penting dari
Empu Gandring sang pembuat, Tunggul Ametung, Keboijo, Ken Arok sendiri,
Anusapati, Tohjaya, dan Ranggawuni...keris ini bukan saja membawa malapetaka
tetapi sekaligus mengantarkan pada berdirinya sebuah kerajaan besar yaitu
Singosari
Seorang laki-laki Jawa di
masa lalu menempatkan keris sebagai ‘sipat kandel’ atau sesuatu yang diandalkan
untuk mempertebal kepercayaan diri. Keris juga dihubungkan dengan adanya
kepercayaan atas kekuatan gaib yang tersandang di dalam keris itu sendiri.
Inilah yang menyebabkan hingga sekarang keris sebagai benda pusaka dikeramatkan
bahkan sering diperlakukan sama seperti manusia. Contohnya apabila upacara
perkawinan tidak dapat dihadiri mempelai pria maka sebagai gantinya adalah
keris dapat dipersandingkan. Sejak dahulu keris pun sangat erat dengan wayang
atau pedalangan juga dengan sejumlah tarian dimana keris disematkan pada busana
yang dikenakan pemainnya.
Pembuat keris bagi
masyarakat biasa dinamakan pandai besi, sementara pembuat keris yang handal
dinamakan empu. Keris untuk masyarakat biasa ditempa dari besi atau baja biasa.
Akan tetapi, keris bagi kesatria dan bangsawan, terbuat dari logam terbaik yang
dicampur bahan dasar batu meteorit dengan kandungan titanium tinggi, nikel,
kobal, perak, timah putih, kromium, antimonium, dan tembaga.
Seorang empu adalah
seniman yang menguasai seni tempa, seni ukir, seni bentuk, dan seni perlambang.
Seorang Empu sanggup memilih bahan baku keris berdasarkan warna, kekuatan, daya
tahan terhadap air dan udara lembab. Membentuk sebongkah logam menjadi keris tidak
hanya melibatkan bara dan palu, tapi jiwa dan semangat sang empu. Pembuatannya
bahkan bisa mencapai waktu selama berbulan-bulan bahkan hingga tahunan. Para
kesatria dan bangsawan hanya memesan keris dari sang empu dan hanya empu
terbaik yang mampu menghasilkan keris terbaik.
Masyarakat di Jawa
memiliki keterampilan mengolah logam sejak masuknya pengaruh India abad ke-5 M.
Anda dapat melihatnya pada gambar di relief candi di Jawa, terutamanya Candi
Borobudur dan Candi Prambanan. Pada relief itu terdapat gambar senjata tikam
yang menyerupai lembaran daun berupa model senjata tikam yang telah berkembang
lebih dahulu di India. Oleh para ahli, senjata tersebut dinamai ‘Keris Buda’
dan dianggap sebagai prototype keris.
‘Keris Buda’ ini diperkirakan adalah keris pertama yang pernah dibuat di
Nusantara saat tanah Jawa berada di bawah Kerajaan Mataram Kuno abad ke-8
hingga abad ke-10. ‘Keris Buda’ diperkirakan peninggalan keris generasi pertama
yang kelak menjadi cikal bakal lahirnya keris. Namun, belum diketahui secara
pasti pada abad berapa dan pemerintahan siapa ‘Keris Buda’ dibuat.
Fase perkembangan
terpenting pembuatan keris di Jawa adalah pada masa Kerajaan Mataram Islam.
Saat itu keris dibuat dengan kualitas tinggi dan dalam jumlah besar sebagai
senjata prajurit Mataram Islam dengan pusat pembuatannya di Nagasasra. Saat
itulah dikenal sebagai budaya kinatah.
..dalam Perang Jawa, Pangeran Diponegoro
selalu membawa keris pusaka diselipkan di pinggangnya atau mengangkatnya ke
langit..perhatikan warangkanya bermodel gayaman Yogyakarta.
Keris adalah mahakarya
Indonesia sarat filosofis yang mengajarkan sifat keluhuran budi dan keberanian.
Di kalangan budayawan dan kolektor seni, keris pusaka masih terus diburu dimana
harganya mencapai ratusan juta rupiah. Semakin baik dan semakin tua keris maka
harganya semakin mahal.
..Panglima Besar Jeneral Soedirman selalu
membawa keris ketika memimpin perang gerila melawan Belanda. Tahun 1949,
sebelum berangkat meninggalkan Yogyakarta dan memimpin gerilya, jenderal besar
ini meminta isterinya untuk menyiapkan keris yang akan selalu terselip di
dadanya selama memimpin gerila, bahkan hingga beliau kembali ke Yogyakarta
Anda dapat menemukan
beragam bentuk keris salah satunya di Fadli Zon Library berlokasi di Benhil, Jakarta
Pusat. Koleksi kerisnya berasal dari seluruh Nusantara, mulai keris Jawa,
Sumatera, Bali, Sulawesi, Kalimantan, hingga Nusa Tenggara Timur ada di sini.
Beberapa keris sudah berusia ratusan tahun. Keris-keris tersebut dijual beragam
harga mulai dari ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah.
Di Taman Mini Indonesia
Indah, Jalan Pondok Gede Jakarta Timur 13560 (+62 21 8404155) dapat Anda
temukan Museum Pusaka. Tempat ini melestarikan budaya nasional pusaka Nusantara
salah satunya keris. Anda dapat berkunjung
ke sini dari Selasa hingga Minggu, hari Senin tutup. Harga tiketnya
Rp5.000,00. Di sini selain berfungsi sebagai museum, juga menyediakan jasa
perbaikan perangkat pusaka. Pastikan Anda mendapatkan informasi yang lengkap
karena ada sekitar 5000 koleksi banda pusaka mengagumkan dari berbagai masa di
Nusantara.
Sumber (Him/Indonesia.travel)
kita juga punya nih artikel mengenai topik yang kalian bahas sekarang, silahkan dikunjungi dan dibaca , berikut linknya
BalasHapusklik di sini untuk download
trimakasih
iya trimaksih telah mengunjungi website kami, mari kita perkaya khasanah budaya nusantara, mari kita saling mengisi dan saling memberi kekuatan, sebagai warisan budaya yang senantiasa mengukir kejayaan, selalu dinanti tambahan informasi biar berpadu dan semakin lengkap, bagaimana, sukses. amin
BalasHapusSampun kagungan mahakarya empu meniko nopo dereng pak ?
BalasHapusSampun kagungan mahakarya meniko nopo dereng pak ?
BalasHapusiya trimaksih telah mengunjungi website kami, sampun Bapak, pripun wonten masukan, kita nanti, mari kita perkaya khasanah budaya nusantara
BalasHapus